Pembina dan Rois Nurul Madinah

Pembina dan Rois Nurul Madinah
KH. Faris Fuad Hasyim dan Raden Sigit Permadi Sadewa

Ziarah Kubur Makam Pangeran Luwung

Ziarah Kubur Makam Pangeran Luwung
Kuncen Makam Pangeran Luwung, Raden Sigit Permadi (Rois Nurul Madinah), Nasrizal, Adi Setiadi

Sholawatan di Musholla Al-Karomah

Sholawatan di Musholla Al-Karomah
Bagus (Santri Songo Nurul Madinah), Taufik, Adi Setiadi, Raden Sigit Permadi(Rois Nurul Madinah), Kusnadi Saputra (Ketua DKM Al-Karomah), Iskandar, Nasrizal

Senin, 28 Juni 2010

Menghindarkan diri Dari dosa dan Berbuat Kebaikan

Menghindarkan diri dari dosa adalah langkah pertama, tetapi langkah selanjutnya yang tak kalah penting adalah melakukan kebaikan dan mengerjakan ibadah serta taat kepada Allah taala. Apaila manusia selamat dari dosa-dosa dan beribadah kepada Allah, maka hatinya akan dipenuhi oleh berkah-berkah. dan itulah tujuan kehidupan manusia.

Lihat jika sehelai kain terkena kotoran, maka sekedar membasuhnya saja bukanlah suatu hal yang berarti. Hendaknya kain itu pertama-tama dibasuh dengna sabun’ kotorannya dikeluarkan lalu dibersihkan. Dan kemudian di beri pengharum supaya siapa saja yang melhatnya akan menjadi senang. seperti itu jugalah keadaan qalbu manusia. Akibat kotoran-kotoran dosa dia menjadi tidak bersih, memuakkan dan berbau bussuk.

Jadi pertama-tama hendaknya kotoran-kotoran dosa itu dibasuh dengan Taubah dan istighfar. Dan mintalah taufik/karunia dari allah taala supaya dapat senantiasa menghindarkan diri dari dosa-dosa. Kemudian selain itu, selalulah melakukan zikir Ilahi, dan penuhilah qalbu dengan hal itu. dengan cara itu proses mencapai Allah (suluk) pun akan menjadi sempurna. Dan tanpa itu adalah seperti tamsil tadi, yakini sekedar membasuh kotoran saja. Akan tetapi selama kondisinya belum demikian - yakni qalbu dibersihkan dari segala macam akhlak buruk dan hina lalu qalbu itu disiram dengn wangi-wangian zikir Ilahi dan aroma wangi muncul dari dalam - maka selama itu pula hendaknya jangan berprasangka buruk terhadap Allah taala. Namun apabila kondisi kita telah menjadi demkian, maka sama sekali tidak akan timbul lagi prasangka buruk serta keraguan.

Hamka Tentang Ayat 62 Al-Baqarah dan Ayat 69 Al-Maidah

Pada suatu hari bulan November 2006 datanglah sebuah pesan singkat dari seorang jenderal polisi yang sedang bertugas di Poso menanyakan tentang maksud ayat 62 surat al-Baqarah. Kata jenderal ini pengertian ayat ini penting baginya untuk menghadapi beberapa tersangka kerusuhan yang ditangkap di sana. Karena permintaan itu serius, maka saya tidak boleh asal menjawab saja, apalagi ini menyangkut masalah besar yang di kalangan para mufassir sendiri belum ada kesepakatan tentang maksud ayat itu. Ayat yang substansinya serupa dapat pula ditemui dalam surat al-Maidah ayat 69 dengan sedikit perdedaan redaksi. Beberapa tafsir saya buka, di antaranya Tafsir al-Azhar karya Hamka yang monumental itu.

Sebenarnya saya cenderung untuk menerima penafsiran Buya Hamka dari sekian tafsir yang pernah saya baca, baik yang klasik maupun yang kontemporer. Dalam perkara ini Hamka bagi saya adalah fenomenal dan revolusioner. Agar lebih runtut, saya kutip dulu makna kedua ayat itu menurut tafsir Hamka.

Al-Baqarah 62: “Sesungguhnya orang-orang beriman, dan orang-orang yang jadi Yahudi dan Nasrani dan Shabi’in, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian dan beramal yang shalih, maka untuk mereka adalah ganjaran dari sisi Tuhan mereka, dan tidak ada ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka akan berdukacita.”

Kemudian al-Maidah 69: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang Yahudi dan (begitu juga) orang Shabi’un, dan Nashara, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, dan dia pun mengamalkan yang shalih. Maka tidaklah ada ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka akan berdukacita.”

Ikuti penafsiran Hamka berikut: “Inilah janjian yang adil dari Tuhan kepada seluruh manusia, tidak pandang dalam agama yang mana mereka hidup, atau merk apa yang diletakkan kepada diri mereka, namun mereka masing-masing akan mendapat ganjaran atau pahala di sisi Tuhan, sepadan dengan iman dan amal shalih yang telah mereka kerjakan itu. ‘Dan tidak ada ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka akan berdukacita (ujung ayat 62), hlm.211.

Yang menarik, Hamka dengan santun menolak bahwa ayat telah dihapuskan (mansukh) oleh ayat 85 surat surat Ali ‘Imran yang artinya: “Dan barangsiapa yang mencari selain dari Islam menjadi agama, sekali-kali tidaklah tidaklah akan diterima daripadanya. Dan di Hari Akhirat akan termasuk orang-orang yang rugi.” (Hlm. 217). Alasan Hamka bahwa ayat ini tidak menghapuskan ayat 62 itu sebagai berikut: “Ayat ini bukanlah menghapuskan (nasikh) ayat yang sedang kita tafsirkan ini melainkan memperkuatnya. Sebab hakikat Islam ialah percaya kepada Allah dan Hari Akhirat. Percaya kepada Allah, artinya percaya kepada segala firmannya, segala Rasulnya dengan tidak terkecuali. Termasuk percaya kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan hendaklah iman itu diikuti oleh amal yang shalih.” (Hlm 217).

“Kalau dikatakan bahwa ayat ini dinasikhkan oleh ayat 85 surat Ali ‘Imran itu, yang akan tumbuh ialah fanatik; mengakui diri Islam, walaupun tidak pernah mengamalkannya. Dan surga itu hanya dijamin untuk kita saja. Tetapi kalau kita pahamkan bahwa di antara kedua ayat ini adalah lengkap melengkapi, maka pintu da’wah senantiasa terbuka, dan kedudukan Islam tetap menjadi agama fitrah, tetap (tertulis tetapi) dalam kemurniannya, sesuai dengan jiwa asli manusia.” (Hlm. 217).

Tentang neraka, Hamka bertutur: “Dan neraka bukanlah lobang-lobang api yang disediakan di dunia ini bagi siapa yang tidak mau masuk Islam, sebagaimana yang disediakan oleh Dzi Nuwas Raja Yahudi di Yaman Selatan, yang memaksa penduduk Najran memeluk agama Yahudi, padahal mereka telah memegang agama Tauhid. Neraka adalah ancaman di Hari Akhirat esok, karena menolak kebenaran.” (Hlm. 218).

Sikap Hamka yang menolak bahwa ayat 62 al-Baqarah dan ayat 69 al-Maidah telah dimansukhkan oleh ayat 85 surat Ali ‘Imran adalah sebuah keberanian seorang mufassir yang rindu melihat dunia ini aman untuk didiami oleh siapa saja, mengaku beragama atau tidak, asal saling menghormati dan saling menjaga pendirian masing-masing. Sepengetahuan saya tidak ada Kitab Suci di muka bumi ini yang memiliki ayat toleransi seperti yang diajarkan Alquran. Pemaksaan dalam agama adalah sikap yang anti Alquran (lih. al-Baqarah 256; Yunus 99).

Terima kasih Buya Hamka, tafsir lain banyak yang sependirian dengan Buya, tetapi keterangannya tidak seluas dan seberani yang Buya berikan. Saya berharap agar siapa pun akan menghormati otoritas Buya Hamka, sekalipun tidak sependirian.

(Ahmad Syafii Maarif )

Senin, 21 Juni 2010

Al-Qur'an

Etimologi

Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang artinya:

“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti {amalkan} bacaannya”.(75:17-75:18)

[sunting] Terminologi
Sebuah cover dari mushaf Al-Qur'an

Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:

“Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah”.

Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:

"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"

Dengan definisi tersebut di atas sebagaimana dipercayai Muslim, firman Allah yang diturunkan kepada Nabi selain Nabi Muhammad SAW, tidak dinamakan Al-Qur’an seperti Kitab Taurat yang diturunkan kepada umat Nabi Musa AS atau Kitab Injil yang diturunkan kepada umat Nabi Isa AS. Demikian pula firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak termasuk Al-Qur’an.
[sunting] Jaminan Tentang Kemurnian Al-Quran dan Bukti-Buktinya

Kemurnian Kitab Al-Quran ini dijamin langsung oleh Allah, yaitu Dzat yang menciptakan dan menurunkan Al-Quran itu sendiri. Dan pada kenyataannya kita bisa melihat, satu-satu kitab yang mudah dipelajari bahkan sampai dihafal oleh beribu-ribu umat Islam.
[sunting] Nama-nama lain Al-Qur'an
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Nama lain Al-Qur'an

Dalam Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama lain yang digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri. Berikut adalah nama-nama tersebut dan ayat yang mencantumkannya:

* Al-Kitab, QS(2:2),QS (44:2)
* Al-Furqan (pembeda benar salah): QS(25:1)
* Adz-Dzikr (pemberi peringatan): QS(15:9)
* Al-Mau'idhah (pelajaran/nasehat): QS(10:57)
* Al-Hukm (peraturan/hukum): QS(13:37)
* Al-Hikmah (kebijaksanaan): QS(17:39)
* Asy-Syifa' (obat/penyembuh): QS(10:57), QS(17:82)
* Al-Huda (petunjuk): QS(72:13), QS(9:33)
* At-Tanzil (yang diturunkan): QS(26:192)



* Ar-Rahmat (karunia): QS(27:77)
* Ar-Ruh (ruh): QS(42:52)
* Al-Bayan (penerang): QS(3:138)
* Al-Kalam (ucapan/firman): QS(9:6)
* Al-Busyra (kabar gembira): QS(16:102)
* An-Nur (cahaya): QS(4:174)
* Al-Basha'ir (pedoman): QS(45:20)
* Al-Balagh (penyampaian/kabar) QS(14:52)
* Al-Qaul (perkataan/ucapan) QS(28:51)

[sunting] Struktur dan pembagian Al-Qur'an
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Surat dalam Al-Qur'an, Makkiyah, dan Madaniyah
Al-Qur'an yang sedang terbuka.
[sunting] Surat, ayat dan ruku'

Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat). Setiap surat akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalah surat Al Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar, An-Nasr dan Al-‘Așr. Surat-surat yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi yang disebut ruku' yang membahas tema atau topik tertentu.
[sunting] Makkiyah dan Madaniyah

Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah. Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini lebih tepat, sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah.
[sunting] Juz dan manzil

Dalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga terbagi menjadi 30 bagian dengan panjang sama yang dikenal dengan nama juz. Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al-Qur'an dalam 30 hari (satu bulan). Pembagian lain yakni manzil memecah Al-Qur'an menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan dengan pembagian subyek bahasan tertentu.
[sunting] Menurut ukuran surat

Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada didalam Al-Qur’an terbagi menjadi empat bagian, yaitu:

* As Sab’uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu Surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa’, Al-A’raaf, Al-An’aam, Al Maa-idah dan Yunus
* Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu'min dan sebagainya
* Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr dan sebagainya
* Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan sebagainya

[sunting] Sejarah Al-Qur'an hingga berbentuk mushaf
Manuskrip dari Al-Andalus abad ke-12

Al-Qur'an memberikan dorongan yang besar untuk mempelajari sejarah dengan secara adil, objektif dan tidak memihak[2]. Dengan demikian tradisi sains Islam sepenuhnya mengambil inspirasi dari Al-Qur'an, sehingga umat Muslim mampu membuat sistematika penulisan sejarah yang lebih mendekati landasan penanggalan astronomis.
[sunting] Penurunan Al-Qur'an
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Periode penurunan Al-Qur'an

Al-Qur'an tidak turun sekaligus. Al-Qur'an turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Oleh para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.
[sunting] Penulisan Al-Qur'an dan perkembangannya

Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Kemudian transformasinya menjadi teks yang dijumpai saat ini selesai dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.
[sunting] Pengumpulan Al-Qur'an di masa Rasullulah SAW

Pada masa ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.
[sunting] Pengumpulan Al-Qur'an di masa Khulafaur Rasyidin
[sunting] Pada masa pemerintahan Abu Bakar

Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafsah yang juga istri Nabi Muhammad SAW.
[sunting] Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan

Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standarisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam di masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.

Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih:

Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-mushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain. Ini hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'."

Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an, keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh para sahabat. Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka. Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah (mushaf al-Imam).


[sunting] Upaya penerjemahan dan penafsiran Al Qur'an

Upaya-upaya untuk mengetahui isi dan maksud Al Qur'an telah menghasilkan proses penerjemahan (literal) dan penafsiran (lebih dalam, mengupas makna) dalam berbagai bahasa. Namun demikian hasil usaha tersebut dianggap sebatas usaha manusia dan bukan usaha untuk menduplikasi atau menggantikan teks yang asli dalam bahasa Arab. Kedudukan terjemahan dan tafsir yang dihasilkan tidak sama dengan Al-Qur'an itu sendiri.
[sunting] Terjemahan

Terjemahan Al-Qur'an adalah hasil usaha penerjemahan secara literal teks Al-Qur'an yang tidak dibarengi dengan usaha interpretasi lebih jauh. Terjemahan secara literal tidak boleh dianggap sebagai arti sesungguhnya dari Al-Qur'an. Sebab Al-Qur'an menggunakan suatu lafazh dengan berbagai gaya dan untuk suatu maksud yang bervariasi; terkadang untuk arti hakiki, terkadang pula untuk arti majazi (kiasan) atau arti dan maksud lainnya.

Terjemahan dalam bahasa Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:

1. Al-Qur'an dan Terjemahannya, oleh Departemen Agama Republik Indonesia, ada dua edisi revisi, yaitu tahun 1989 dan 2002
2. Terjemah Al-Qur'an, oleh Prof. Mahmud Yunus
3. An-Nur, oleh Prof. T.M. Hasbi Ash-Siddieqy
4. Al-Furqan, oleh A.Hassan guru PERSIS

Terjemahan dalam bahasa Inggris

1. The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary, oleh Abdullah Yusuf Ali
2. The Meaning of the Holy Qur'an, oleh Marmaduke Pickthall



Terjemahan dalam bahasa daerah Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:

1. Qur'an Kejawen (bahasa Jawa), oleh Kemajuan Islam Jogyakarta
2. Qur'an Suadawiah (bahasa Sunda)
3. Qur'an bahasa Sunda oleh K.H. Qomaruddien
4. Al-Ibriz (bahasa Jawa), oleh K. Bisyri Mustafa Rembang
5. Al-Qur'an Suci Basa Jawi (bahasa Jawa), oleh Prof. K.H.R. Muhamad Adnan
6. Al-Amin (bahasa Sunda)

[sunting] Tafsir
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Tafsir al qur'an

Upaya penafsiran Al-Qur'an telah berkembang sejak semasa hidupnya Nabi Muhammad, saat itu para sahabat tinggal menanyakan kepada sang Nabi jika memerlukan penjelasan atas ayat tertentu. Kemudian setelah wafatnya Nabi Muhammad hingga saat ini usaha menggali lebih dalam ayat-ayat Al-Qur'an terus berlanjut. Pendekatan (metodologi) yang digunakan juga beragam, mulai dari metode analitik, tematik, hingga perbandingan antar ayat. Corak yang dihasilkan juga beragam, terdapat tafsir dengan corak sastra-bahasa, sastra-budaya, filsafat dan teologis bahkan corak ilmiah.
[sunting] Adab Terhadap Al-Qur'an

Ada dua pendapat mengenai hukum menyentuh Al-Qur'an terhadap seseorang yang sedang junub, perempuan haid dan nifas. Pendapat pertama mengatakan bahwa jika seseorang sedang mengalami kondisi tersebut tidak boleh menyentuh Al-Qur'an sebelum bersuci. Sedangkan pendapat kedua mengatakan boleh dan sah saja untuk menyentuh Al-Qur'an, karena tidak ada dalil yang menguatkannya.[3]
[sunting] Pendapat pertama

Sebelum menyentuh sebuah mushaf Al-Qur'an, seorang Muslim dianjurkan untuk menyucikan dirinya terlebih dahulu dengan berwudhu. Hal ini berdasarkan tradisi dan interpretasi secara literal dari surat Al Waaqi'ah ayat 77 hingga 79.

Terjemahannya antara lain:56-77. Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, 56-78. pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), 56-79. tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (56:77-56:79)

Penghormatan terhadap teks tertulis Al-Qur'an adalah salah satu unsur penting kepercayaan bagi sebagian besar Muslim. Mereka memercayai bahwa penghinaan secara sengaja terhadap Al Qur'an adalah sebuah bentuk penghinaan serius terhadap sesuatu yang suci. Berdasarkan hukum pada beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim, hukuman untuk hal ini dapat berupa penjara kurungan dalam waktu yang lama dan bahkan ada yang menerapkan hukuman mati.
[sunting] Pendapat kedua

Pendapat kedua mengatakan bahwa yang dimaksud oleh surat Al Waaqi'ah di atas ialah: "Tidak ada yang dapat menyentuh Al-Qur’an yang ada di Lauhul Mahfudz sebagaimana ditegaskan oleh ayat yang sebelumnya (ayat 78) kecuali para Malaikat yang telah disucikan oleh Allah." Pendapat ini adalah tafsir dari Ibnu Abbas dan lain-lain sebagaimana telah diterangkan oleh Al-Hafidzh Ibnu Katsir di tafsirnya. Bukanlah yang dimaksud bahwa tidak boleh menyentuh atau memegang Al-Qur’an kecuali orang yang bersih dari hadats besar dan hadats kecil.

Pendapat kedua ini menyatakan bahwa jikalau memang benar demikian maksudnya tentang firman Allah di atas, maka artinya akan menjadi: Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali mereka yang suci/bersih, yakni dengan bentuk faa’il (subyek/pelaku) bukan maf’ul (obyek). Kenyataannya Allah berfirman : Tidak ada yang menyentuhnya (Al-Qur’an) kecuali mereka yang telah disucikan, yakni dengan bentuk maf’ul (obyek) bukan sebagai faa’il (subyek).

“Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali orang yang suci” [4]Yang dimaksud oleh hadits di atas ialah : Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali orang mu’min, karena orang mu’min itu suci tidak najis sebagaimana sabda Muhammad. “Sesungguhnya orang mu’min itu tidak najis”[5]
[sunting] Hubungan dengan kitab-kitab lain
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Hubungan Al-Qur'an dengan kitab lain

Berkaitan dengan adanya kitab-kitab yang dipercayai diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Muhammad SAW dalam agama Islam (Taurat, Zabur, Injil, lembaran Ibrahim), Al-Qur'an dalam beberapa ayatnya menegaskan posisinya terhadap kitab-kitab tersebut. Berikut adalah pernyataan Al-Qur'an yang tentunya menjadi doktrin bagi ummat Islam mengenai hubungan Al-Qur'an dengan kitab-kitab tersebut:

* Bahwa Al-Qur'an menuntut kepercayaan ummat Islam terhadap eksistensi kitab-kitab tersebut. QS(2:4)
* Bahwa Al-Qur'an diposisikan sebagai pembenar dan batu ujian (verifikator) bagi kitab-kitab sebelumnya. QS(5:48)
* Bahwa Al-Qur'an menjadi referensi untuk menghilangkan perselisihan pendapat antara ummat-ummat rasul yang berbeda. QS(16:63-64)
* Bahwa Al-Qur'an meluruskan sejarah. Dalam Al-Qur'an terdapat cerita-cerita mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian mengenai kehidupan para rasul tersebut. Cerita tersebut pada beberapa aspek penting berbeda dengan versi yang terdapat pada teks-teks lain yang dimiliki baik oleh Yahudi dan Kristen.

Kamis, 17 Juni 2010

KEAJAIBAN Al-QUR’AN BY HARUN YAHYA

Bahagian 1
Mu’jizat Saintifik Al-Qur’an


Pengenalan

14 abad lalu, Allah s.w.t telah menurunkan kitab suci Al-Qur’an kepada umat manusia sebagai sebuah kitab panduan serta menyeru manusia agar berpegang kepada kitab ini sebagai jalan untuk mendapatkan kebenaran. (Surah Al-Qalam: 52) Bermula saat ia diwahyukan sehingga ke saat pengadilan kelak, kitab suci ini akan kekal sebagai satu-satunya panduan bagi umat manusia.
Uslub bahasa yang tiada tandingan di dalam Al-Qur’an termasuk mutiara hikmah di dalamnya adalah bukti yang amat jelas bahawa ia adalah Kalamullah. Selain itu, ia mengandungi pelbagai ciri-ciri keajaiban yang sekaligus membuktikannya sebagai wahyu kudus dari Tuhan. Salah satu dari ciri-ciri ini ialah kenyataan bahawa sejumlah kebenaran saintifik yang hanya mampu disingkap melalui kemajuan teknologi di abad ke-20 ini sebenarnya telah pun diungkapkan di dalam Al-Qur’an 1400 tahun dahulu.
Sudah tentu Al-Qur’an bukanlah sebuah kitab sains. Tetapi, sejumlah fakta saintifik yang dinyatakan dengan begitu jelas dan tepat di dalam kandungan surahnya hanya mampu disingkap melalu kecanggihan teknologi mutakhir abad-20 dan 21 ini. Semua fakta ini tidak diketahui di saat Al-Qur’an diwahyukan dan jelas hal ini adalah bukti bahawa Al-Qur’an adalah Kalamullah s.w.t.
Untuk memahami keajaiban saintifik Al-Qur’an, pertamanya kita akan melihat tahap kemajuan sains di waktu kitab suci ini diturunkan.
Pada abad ke-7, ketika Al-Qur’an diwahyukan, masyarakat arab telah memiliki pelbagai kepercayaan khurafat dan yang tidak berasas berhubung dengan pelbagai isu saintifik. Kedaifan peralatan teknologi untuk menyelidiki alam semesta dan bumi menyebabkan mereka mempercayai legenda dan mitos yang diwariskan dari generasi ke generasi, sebagai contoh mereka mendakwa bahawa gunung-ganang berfungsi sebagai penongkat langit, mereka percaya bahawa bumi adalah datar dan bahawa di sana terdapat gunung-gunung yang tinggi terletak di setiap penghujungnya. Mereka menyangkakan bahawa gunung-gunung ini adalah tiang yang menyebabkan langit berbentu kubah di ruang angkasa.
Tetapi, semua kepercayaan khurafat ini telah ditolak oleh Al-Qur’an. Dalam surah As-Shaad ayat ke-2 dinyatakan: Dia-lah yang meninggikan langit-langit tanpa sebarang sokongan. Ayat ini sekaliguas membatalkan kepercayaan bahawa langit yang berada di atas adalah akibat sokongan gunung-ganang. Dalam banyak subjek lain, sejumlah besar fakta yang signifikan telah dinyatakan ketika tidak seorang pun yang mengetahuinya. Al-Qur’an yang diturunkan ketika umat manusia hanya mempunyai sedikit pengetahuan yang menyentuh disiplin seperti astronomi, fizik atau biologi, pada asasnya mengandungi fakta mengenai pelbagai subjek seperti penciptaan alam semesta, manusia, struktur atmosfera dan keseimbangan di dalamnya yang menyokong aktiviti kehidupan di atas muka bumi. Sekarang, mari kita lihat beberapa keajaiban saintifik yang dinyatakan di dalam kitab suci Al-Qur’an bersama-sama.


Kewujudan Alam Semesta
Asal usul alam semesta diterangkan dalam Al-Qur’an dalam ayat berikut;

“Dia adalah maha Pencipta langit dan bumi.” (Surat al-An’aam: 101)

Maklumat yang dinyatakan dalam Al-Qur’an ini adalah sebuah fakta yang sangat tepat dan selari dengan penemuan sains kontemporari. Seperti yang kami nyatakan lebih awal, kesimpulan yang dicapai dalam bidang astrofizik hari ini menyimpulkan bahawa alam semesta, bersama dengan dimensi benda dan masa, telah terhasil melalui sebuah letupan besar yang terjadi ketika masa-sifar. Fenomena ini yang dikenali sebagai Big Bang membuktikan bahawa alam semesta telah diciptakan dari alam tiada sebagai melalui sebuah letupan titik tunggal.
Sebelum fenomena Big Bang terjadi, tidak terdapat sebarang benda yang wujud. Dalam keadaan tanpa sebarang kewujudan kebendaan, tenaga atau masa, dan yang mana hanya dapat diterangkan secara metafizik, semua ini sebenarnya telah diciptakan secara serentak. Fakta ini, yang baru berjaya diketahui melalui kajian yang dijalankan di dalam bidang fizik moden, telah dinyatakan dalam Al-Qur’an 1400 tahun lalu.

Pengembangan Alam Semesta
Dalam Al-Qur’an yang diwahyukan 1400 tahun lalu di saat pengetahuan tentang astronomi masih primitif, fakta mengenai fenomena pengembangan alam semesta telah diterangkan seperti berikut;

“Dan langit itu Kami bina dengan kekuasaan dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Surah az-Dzariyat: 47)

Perkataan “langit” yang dinyatakan dalam ayat di atas digunakan dalam banyak ayat yang bermaksud ruang angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi, perkataan tersebut digunakan dengan maksud yang sama dan merujuk kepada alam semesta yang mengembang. Dan ini merupakan puncak kesimpulan yang diputuskan di dalam bidang sains hari ini.
Sehingga penghujung abad ke-20, pandangan yang paling masyhur dalam dunia sains ialah bahawa “alam semesta bersifat konstan (statik) dan telah wujud sejak azali”. Kajian, pemerhatian dan pengiraan yang dijalankan melalui pelbagai infranstruktur teknologi moden pada hakikatnya telah menunjukkan bahawa alam semesta telah wujud dalam masa yang terbatas dan berkembang secara konstan.
Seawal abad ke-20, seorang ahli fizik russia Alexander Friedmann dan ahli kosmologi Belgium george le’maitre telah membuat pengiraan secara teori bahawa alam semesta adalah dalam keadaan pergerakan yang berterusan dan ia adalah berkembang.
Fakta ini juga telah dibuktikan melalui data pemerhatian yang dijalankan pada tahun 1929. Edwin Hubble seorang ahli astronomi Amerika yang membuat pemerhatian di langit dengan menggunakan teleskop, mengumumkan bahawa bebintang dan seluruh galaksi bergerak menjauhi antara satu sama lain secara berterusan. Sebuah alam semesta di mana seluruh objek di dalamnya secara konstan bergerak menjauhi antara satu sama lain jelas menggambarkan pengembangan alam semesta itu. Pemerhatian yang dijalankan dalam tahun berikutnya mengesahkan bahawa alam semesta adalah berkembang secara berterusan. Fakta ini telah di jelaskan dalam Al-Qur’an ketika ia masih belum pernah diketahui oleh sesiapa. ini adalah kerana Al-Qur’an adalah Kalam Allah s.w.t, maha Pencipta dan Pemerintah bagi seluruh alam semesta.

Pemisahan langit Dan Bumi
Sepotong ayat lain mengenai penciptaan langit dinyatakan sebagai berikut.

“Apakah orang-orang yang tidak beriman itu tidak melihat bahawa langit dan bumi itu dahulunya berpadu (satu unit ciptaan) lalu Kami pisahkan antara keduanya. Dan Kami jadikan dari air segala benda hidup. Tidakkah mereka beriman?” (Surah Al-Anbiya: 30)

Kalimah “ratq” diertikan sebagai jahitan yang bermaksud “dicantum bersama, disebatikan” dalam kamus bahasa arab. ia digunakan untuk merujuk dua intipati berbeza yang membina sesuatu yang padu. Frasa “Kami pisahkan” adalah perkataan “fataq” di dalam bahasa arab dan menggambarkan mewujudkan dengan membelah bahagian atau memusnahkan struktur yang dicantum atau disebatikan bersama. Biji benih yang tumbuh bertunas dari tanah adalah satu contoh frasa ini.
Sekarang mari kita perhatikan sejenak ayat ini sekali lagi dengan menyimpan pemahaman ini di dalam minda. Di dalam ayat tersebut, langit dan bumi pada status pertamanya adalah berbentuk “ratq”. Keduanya dipisahkan (fataqa) dengan kemunculan satu daripada yang satu lagi. Apa yang menarik, apabila kita membayangkan saat pertama terjadinya fenomena Big Bang, kita dapat melihat bahawa keseluruhan materi alam semesta dipadatkan di dalam sebuah titik tunggal.
Dalam perkataan lain, setiap benda termasuk langit dan bumi yang ketika itu belum diciptakan adalah berada dalam situasi cantuman atau sesuatu yang padu. Titik ini kemudiannya meletup dalam satu letupan yang besar sekaligus menghuraikan seluruh materialnya.

Bentuk Sfera Bumi

“Dia telah menciptakan langit dan Bumi sebagai kebenaran. Dia memutar malam ke atas siang dan memutar siang ke atas malam.” (Surah Az-Zumar: 5)

Dalam Al-Qur’an, perkataan yang digunakan untuk menerangkan alam semesta adalah sangat penting. Kalimah arab yang diertikan sebagai “memutar” dalam ayat di atas adalah kalimah “takwir”. Di dalam bahasa Inggeris, ia bermakud “membalut sesuatu benda mengelilingi benda lain, dilipat sebagai sehelai pakaian yang terhampar”. (Sebagai contoh, dalam perbendaharaan kata bahasa arab, perkataan ini digunakan untuk merujuk perbuatan memutar sesuatu mengelilingi suatu yang lain seperti orang yang sedang memakai serban).
Maklumat yang diertikan di dalam ayat di atas mengenai siang dan malam yang memutari antara satu sama lain adalah maklumat yang tepat mengenai bentuk dunia. Hal ini hanya akan menjadi benar sekiranya bumi adalah berbentuk sfera. ini bererti bahawa di dalam Kitab Al-Qur’an, yang diturunkan di abad ke-7, bentuk sfera bumi telah dikiaskan.
Bagaimanapun harus diingat, pemahaman mengenai astronomi ketika itu melihat dunia dengan cara yang berbeza. Sewaktu itu, bumi dianggap berbentuk dataran rata dan seluruh pengiraan dan penjelasan yang dilakukan adalah berdasarkan kepada kepercayaan ini. Al-Qur’an bagaimanapun adalah kalam-Nya, maka perkataan yang paling tepat digunakan di dalamnya di saat menerangkan tentang alam semesta. Al-Qur’an telah menyampaikan kebenaran yang diketahui hari ini sejak 1,400 tahun dahulu.

Bumbung Perlindungan
Dalam Al-Qur’an, Allah menarik perhatian manusia kepada ciri-ciri langit;

“Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap terpelihara sedang mereka berpaling dari segala tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.” (Surah al-Anbiya: 32)

Sifat langit ini telah dibuktikan melalui kajian saintifik yang dijalankan di abad ke-20 ini.
Ruang atmosfera yang mengelilingi bumi sebenarnya menjalankan fungsi yang sangat penting untuk mengekalkan alam hidupan untuk wujud. Sementara memusnahkan sejumlah meteor besar dan kecil yang menghampiri bumi, sekaligus menghalangnya dari jatuh ke muka bumi dan membahayakan makhluk hidupan.
Selain itu, atmosfera turut menapis sinaran yang datang dari luar angkasa yang berpotensi membahayakan makhluk hidupan. Apa yang menariknya, atmosfera menelap sinaran yang berguna dan berfaedah - cahaya nampak, tak nampak dan gelombang radio – untuk menembusinya. Semua jenis radiasi ini adalah sangat penting kepada kehidupan. Cahaya tak nampak, yang hanya sebahagian saja dibenarkan masuk dalam atmosfera adalah sangat penting bagi menjalankan proses fotosintesis dalam tumbuhan yang berperanan membantu mengekalkan makhluk hidupan. Sebahagian besar sinaran lembayung ungu dengan keamatan tinggi yang dipancarkan oleh matahari dituras keluar melalui lapisan ozon dalam atmosfera dan hanya membataskan –dan yang paling penting- sebahagian kecil spektrum ultra ungu untuk mencecah permukaan bumi.
Fungsi protektif atmosfera tidak berakhir di sini. Atmosfera juga melindungi bumi dari kesan pembekuan luar angkasa dengan suhu lebih kurang –270 darjah centigrade.
Sebenarnya atmosfera tidak bersendirian dalam menjalankan fungsi perlindungan kepada bumi. Sebagai tambahan kepada atmosfera, Jalur Allan Velt, sejenis lapisan yang terhasil melalui medan magnet bumi juga turut berfungsi sebagai perlindungan menentang radiasi merbahaya yang mengancam planet kita. radiasi merbahaya ini yang secara berterusan dipancarkan oleh matahari dan bintang lain adalah berpotensi membawa maut kepada makhluk hidupan. Sekiranya jalur Van Allan tidak wujud, letupan besar-besaran oleh sejenis tenaga dipanggil nyalaan solar yang kerap terjadi di matahari akan menghancurkan seluruh makhluk bernyawa di muka bumi.
Dr Hugh ross menyatakan hal ini mengenai kepentingan jalur Van Allen kepada kehidupan;
Sebenarnya, bumi mempunyai kepadatan paling tinggi berbanding sebarang planet dalam sistem suria kita. Teras besar nikal-besi ini bertanggungjawab ke atas medan magnet gergasi kita. Medan magnet ini menghasilkan perisai radiasi Van Allen yang melindungi bumi dari pengeboman radiasi. Sekiranya perisai ini tidak wujud, kehidupan tidak mungkin berada di bumi. Satu-satunya planet berbatu yang memiliki medan magnet ialah Utarid- tetapi kekuatan medannya 100 kali lebih kecil berbanding medan magnet bumi, bahkan Zuhrah, saudara planet kita, tidak memiliki sebarang medan magnet. Perisai radiasi Van Allen adalah sebuah rekaan yang unik kepada bumi. 1
Tenaga yang dipancarkan dari salah satu pembakaran yang dikesan baru-baru ini telah dikira dan dipastikan adalah bersamaan dengan 100 juta kali ganda bom atom yang digugurkan di Hiroshima!!. 58 jam selepas letupan ini, jarum kompas magnetik diperhatikan menunjukkan pergerakan yang luar biasa dan 250 kilometer di atas atmosfera bumi, suhu jatuh mendadak kepada 2,500 darjah selsius.
Ringkasnya, sebuah sistem yang sempurna sedang bekerja di luar permukaan bumi. ia mengelilingi dunia kita dan melindunginya dari ancaman luar. Tetapi Allah s.w.t telah menerangkan kepada kita dalam Al-Qur’an mengenai atmosfera bumi yang berfungsi sebagai sebuah perisai pelindung 14 abad lalu.

Fungsi Pembalikan Di Atas langit
Ayat ke 11 dalam surah at-Tariq, merujuk kepada fungsi “pembalikan” langit;

“Demi langit yang membalikkan.” (Surah at-Tariq: 11).

Perkataan yang ditafsirkan sebagai “membalikkan” dalam penterjemahan Al-Qur’an juga bermaksud “menghantar balik” atau “mengembalikan”.
Seperti yang diketahui, atmosfera yang mengelilingi bumi terdiri dari beberapa lapisan. Setiap lapisan memainkan peranan penting bagi faedah kehidupan. Kajian telah menunjukkan bahawa seluruh lapisan ini menjalankan fungsi memantulkan material atau sinaran yang bergerak ke arahnya keluar semula ke luar angkasa atau turun kembali ke bumi. Sekarang kita akan meneliti beberapa contoh fungsi “pembalikan” yang dijalankan oleh pelbagai jenis lapisan yang mengelilingi ruang langit bumi.
Troposfera, setinggi 13 hingga 15 kilometer di atas permukaan bumi membantu mengkondensasikan wap air yang naik ke udara dari permukaan bumi kembali sebagai titisan hujan.
Lapisan ozon, lapisan paling rendah di dalam stratosfera pada ketinggian 25 kilometer, memancarkan semula sinaran merbahaya dan cahaya ultra ungu yang datang dari luar angkasa kembali ke luar.
Lapisan ionosfera memancarkan liputan gelombang radio dari bumi kembali ke bahagian lain dalam bumi, seumpama komunikasi satelit pasif di mana komunikasi tanpa wayar, radio dan siaran liputan televisyen dapat dilakukan untuk jarak yang lebih jauh.
Lapisan magnetosfera pula berfungsi mengembalikan zarah radioaktif merbahaya yang dipancarkan oleh matahari dan bintang lain kembali semula ke angkasa lepas sebelum mencecah permukaan bumi.
Fakta mengenai sifat lapisan-lapisan di atmosfera yang baru diketahui baru-baru ini telah diumumkan berabad lamanya dalam Al-Qur’an sekali lagi membuktikan bahawa Al-Qur’an sebenarnya adalah kata-kata Maha Suci Allah.

Lapisan Atmosfera
Sebuah kenyataan penting telah disebut di dalam Al-Qur’an bahawa langit mempunyai 7 lapisan;

“Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berberkehendak menuju langit, lalu di jadikannya tujuh lapisan langit.. Dan Dia maha Mengetahui segala sesuatu.” (Surah al-Baqarah: 29)
“Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Surah Fussilat: 11-12)

Perkatan “langit” yang banyak disebutkan di dalam ayat Al-Qur’an adalah merujuk kepada langit di atas bumi dan turut merangkumi seluruh alam semesta. Melalui perkataan tersebut, kita memahami bahawa langit di bumi atau pun atmosfera adalah terdiri daripada 7 lapisan.
Kajian saintifik kontemporari juga mendapati bahawa atmosfera dunia terdiri daripada pelbagai lapisan yang saling tindih menindih di antara satu sama lain. Penakrifan yang dilakukan berdasarkan kriteria kandungan unsur atau jumlah suhu telah memastikan atmosfera bumi adalah terdiri daripada tujuh lapisan. Berdasarkan kepada model “limited Fine Mesh” (lFMMii), iaitu sebuah model atmosfera yang digunakan untuk meramal keadaan cuaca selama 48 jam turut menyimpulkan bahawa atmosfera terbina daripada tujuh lapisan.
Berdasarkan kepada definisi geologi moden berhubung tujuh lapis langit adalah seperti berikut:
1) Troposfera
2) Stratosfera
3) Mesosfera
4) Termosfera
5) Eksosfera
6) Ionosfera
7) Magnetosfera
Sebuah keajaiban lain yang disebut dalam ayat ini “Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya” di dalam surah Fusilat ayat ke 12. Di dalam perkataan lain, Tuhan telah menyatakan bahawa Dia telah menetapkan setiap tingkat langit itu dengan tugas dan fungsi tertentu. Memang benar, seperti yang telah dilihat sebelum ini, setiap lapis mempunyai peranan penting untuk kebaikan hidupan semua manusia dan hidupan lain di atas muka bumi. Setiap lapisan mempunyai fungsi yang khusus, bermula dari fungsi pembentukan hujan sehingga kepada perlindungan daripada radiasi berbahaya, dan dari memancarkan gelombang radio sehingga menghalang ancaman meteor yang memusnahkan.
Ayat di bawah memaklumkan kita mengenai tujuh lapis atmosfera:

“Tidakkah kamu melihat bagaimana Allah menjadikan tujuh langit bertingkat-tingkat.” (Surah nuh: 15)

“Yang menjadikan tujuh langit bertingkat-tingkat.” (Surah Al-Mulk: 3)

Penemuan yang menakjubkan ini, yang tidak dapat diperolehi tanpa kemajuan teknologi abad ke-20, secara jelas dinyatakan di dalam Al-Qur’an 1400 tahun dahulu.

Peranan gunung-ganang
Al-Qur’an telah menjelaskan fungsi geologi gunung-gunung yang sangat penting.

“Dan Kami jadikan di bumi ini gunung-ganang yang teguh supaya ia tidak bergoncang bersama mereka....” (Surah al-Anbiya: 31)

Seperti yang telah kita lihat dalam ayat di atas bahawa gunung-gunung memainkan peranan untuk mengelakkan goncangan pada bumi.
Fakta ini tidak diketahui oleh sesiapa pun di saat Al-Qur’an diwahyukan. ia menjadi sebuah fakta yang hanya diketahui hari ini melalui penemuan dalam bidang geologi moden.
Berdasarkan kepada penemuan ini, gunung-ganang telah timbul hasil daripada pergerakan dan pertembungan bongkah daratan yang besar membentuk kerak bumi. Apabila dua lapisan bertembung, rempuhan lapisan yang kuat akan tergelongsor ke bawah dan yang di atas akan melengkung dan membentuk kawasan tinggi dan gunung-ganang. lapisan yang di akan terus ke dasar bumi dan membentuk ketegangan di bahagian bawah. Akibatnya, seperti yang dinyatakan, pergunungan mem-punyai bahagian memanjang ke bawah yang sama besar dengan bahagian atas yang tertonjol di permukaan bumi.
Dalam sebuah teks saintifik, struktur gunung-ganang diterangkan seperti berikut.
Di kawasan benua yang lebih tebal, seperti mana perbanjaran gunung, kerak lebih jauh ke dasar mantel. 4
Dalam sepotong ayat, peranan gunung-ganang dijelaskan dengan membandingkannya sebagai “pancang”:

“Bukankah Kami telah menjadikan bumi ini sebagai hamparan. Dan gunung-gunung sebagai pancang?” (Surah an-naba: 6-7)

Gunung ganang dalam erti kata lain, mengenggam lapisan pada kerak bumi bersama melalui sebuah “pancang” yang memanjang dari atas ke bawah permukaan bumi sekaligus menghubungkan semua lapisan di dasar bumi. Melalui cara ini, ia menetapkan kedudukan kerak bumi dan menghalangnya daripada terapung di atas batuan magma atau terapung bersama lapisan lain. Secara ringkas, analogi ini mirip seperti keadaan apabila kita memakukan cantuman kepingan kayu bersama-sama.
Fungsi pengukuhan gunung-ganang ini dijelaskan dalam kesusateraan saintifik dengan istilah “isostasi”. Definisi isostasi;
Keseimbangan di dalam kerak bumi dikekalkan oleh sebuah kandungan material batu-batan di dasar permukaan di bawah tekanan graviti.5
Peranan penting gunung-ganang yang ditemui melalui hasil kajian dalam bidang geologi moden dan kajian gempa bumi, sebenarnya telah dijelaskan dalam Al-Qur’an berabad lalu sebagai lambang kebijaksanaan Tuhan. Dalam ayat lain Al-Qur’an menyebut;

“.....dan Dia menciptakan gunung-gunung di muka bumi supaya tidak bergoyang bersama kamu…” (Surah Al-Anbiya: 31)

Pergerakan ganang
Dalam sebaris ayat, kita telah dimaklumkan bahawa gunung-ganang bukanlah kaku seperti yang kita lihat, tetapi adalah dalam pergerakan secara berterusan.
“Dan kamu melihat gunung-gunung itu, kamu menyangka ianya tetap di tempatnya, padahal ia bergerak seperti geraknya awan.” (Surah an-naml: 88)

Pergerakan gunung-ganang adalah disebabkan oleh pergerakan dalam kerak bumi di mana ia terletak. Kerak bumi “terapung” di atas lapisan mantel yang lebih padat. Pada awal kurun ke-20, pertama kali dalam sejarah apabila seorang saintis jerman bermana Alfred Wegener mengemukakan bahawa benua bumi pada asasnya bercantum bersama seawal pembentukannya, tetapi kemudian hanyut dalam arah yang berbeza dan akhirnya terpisah ketika bergerak menjauhi antara satu sama lain.
Pakar geologi baru hari ini menyedari bahawa Wegener adalah benar ketika mengemukakan fakta tersebut pada tahun 1980-an, iaitu 50 tahun setelah kematiannya. Seperti yang dinyatakan oleh Wegener dalam artikel yang diterbitkan pada tahun 1915, daratan bumi terbentuk dalam sebuah gugusan daratan yang besar 500 juta tahun lalu dipanggil Pangaea yang terletak di kutub selatan.
Dianggarkan 80 juta tahun lalu, Pangaea terbahagi kepada dua bahagian yang hanyut dalam arah yang berbeza. Salah satu dari benua gergasi ini ialah gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan india. Manakala yang satu lagi dipanggil laurasia yang meliputi Eropah, Amerika utara dan Asia kecuali lebih kurang 150 juta tahun selepas pemisahan ini, gondwana dan laurasia terbahagi kepada bahagian yang lebih kecil.
Seluruh benua yang timbul selepas penghanyutan daratan Pangaea bergerak secara konstan di permukaan bumi pada kadar beberapa sentimeter setahun, dan pada masa yang sama menyebabkan perubahan keseimbangan di lautan dan daratan bumi.
Ditemui sebagai penemuan kajian geologikal yang dijalankan pada awal abad ke-20, pergerakan kerak bumi dijelaskan oleh saintis sebagai berikut;
Kerak dan bahagian atas mantel, dengan ketebalan hampir 100 kilometer, terbahagi kepada beberapa segmen dipanggil daratan. Terdapat enam daratan besar dan beberapa daratan kecil. Berdasarkan kepada teori dipangil tektonik daratan (plate tectonic), daratan ini bergerak mengelilingi permukaan bumi, dengan membawa seluruh benua dan lantai lautan bersamanya. Pergerakan benua telah disukat pada kadar 1-5 sentimeter per tahun. Pergerakan daratan yang berterusan ini akan mengubah sedikit demi sedikit kedudukan geografi dunia. Setiap tahun, sebagai contoh, lautan Atlantik menjadi lebih lebih luas sedikit. 6
Di sana harus dinyatakan beberapa fakta penting; Tuhan merujuk pergerakan gunung-ganang sebagai satu gerakan “penghanyutan” dalam ayat di atas. Hari ini, saintis moden juga menggunakan istilah “Hanyutan Benua” (Continental Drift) untuk fenomena ini.7
Tidak dapat dipertikaikan bahawa ia adalah sebuah dari keajaiban Al-Qur’an di mana fakta saintifik ini yang baru diketahui mutakhir kini melalui bidang sains, pada hakikatnya telah pun dikhabarkan dalam Al-Qur’an 1400 tahun yang lalu.

Keajaiban Dalam Besi
Besi adalah sebuah unsur yang disebutkan dalam Al-Qur’an di dalam surah al-Hadid, yang bermaksud besi, kita dikhabarkan;

“....dan Kami telah menurunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia....” (Surah al-Hadid: 25)

Perkataan “diturunkan” khususnya digunakan untuk besi dalam ayat di atas mempunyai sebuah maksud kiasan untuk menerangkan bahawa besi dikurniakan untuk faedah kegunaan umat manusia. Tetapi apabila kita mempertimbangkan pengertian literalnya, perkataan ini akan bermaksud secara fizikal diturunkan dari luar angkasa, seperti dalam kes hujan dan sinaran matahari. Kita menyedari bahawa ayat ini menggambarkan satu keajaiban saintifik yang sangat-sangat signifikan.
Ini adalah kerana penemuan astronomi moden telah menyingkap bahawa besi yang wujud dalam dunia ini berasal dari bintang-bintang gergasi di luar angkasa.
Unsur besi hanya dapat dihasilkan di dalam bintang yang lebih besar berbanding matahari di mana suhu mencecah beratus juta darjah. Apabila jumlah besi melebihi peringkat tertentu dalam sebuah bintang, ia akan gagal untuk menampungnya dan yang akhirnya meletup dalam letupan yang dipanggil ‘nova’ atau ‘supernova’. Hasil dari letupan ini, meteor yang mengandungi besi berserakan ke seluruh alam semesta dan bergerak melalui celah ruang angkasa sehingga ditarik oleh kuasa graviti sebarang objek di cakerawala.
Fenomena ini menunjukkan bahawa besi tidak dibentuk di dalam bumi sebaliknya dibawa dari bebintang yang meletup di ruang angkasa melalui meteor dan diturunkan ke dalam bumi, seperti yang disebut di dalam ayat di atas: Adalah jelas bahawa fakta ini tidak dapat diketahui secara saintifik di abad ke 7 di saat berlangsungnya proses pewahyuan Al-Qur’an.

Relativiti Masa
Hari ini, konsep relativiti masa adalah merupakan sebuah fakta saintifik yang telah pun dibuktikan secara empiris. Hal ini telah didedahkan melalui Teori relativiti Einstein seawal abad 20. Sebelum itu, manusia tidak pernah mengetahui bahawa masa adalah sebuah konsep bersifat relatif yang berubah bergantung kepada persekitaran. Akhirnya, saintis terhebat Albert Einstein secara terbuka membuktikan fakta ini melalui teori relativitinya. Dia menunjukkan bahawa masa adalah bebas dari jisim dan halaju. Dalam sejarah manusia, tidak seorang pun yang pernah menjelaskan fakta ini secara nyata. Tetapi hanya satu pengecualian; Al-Qur’an telah pun memuatkan maklumat mengenai kerelatifan masa!! Beberapa ayat mengenai subjek ini berbunyi:

“Dan sesungguhnya satu hari di sisi Tuhan engkau adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (Surah Al-Hajj: 47)

“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian urusan itu naik kepada-nya pada Sehari yang panjangnya seribu tahun menurut perhitungan kamu.” (Surah As-Sajdah: 5)

“Malaikat dan roh naik kepada-pada sehari yang ukurannya lima puluh ribu tahun.” (Surah Al-Ma’arij: 4)

Dalam sesetengah ayat, telah dijelaskan bahawa manusia merasakan masa secara berbeza dan pada masa tertenu mereka merasa masa yang singkat seolah-olah suatu masa yang panjang. Perbualan manusia berikut yang terjadi sewaktu pengadilan di Hari Kemudian adalah contoh yang baik dalam hal ini.


“(Malaikat) bertanya: ‘Berapa tahun lamanya kamu tinggal di bumi?’ Mereka menjawab, ‘Kami tinggal sehari atau setengah hari. Maka tanyakanlah kepada orang-orang (pintar) menghitung.’ (Malaikat) berkata, ‘Kamu tinggal hanya sebentar, jika kamu mengetahuinya’.” (Al Mukminun: 112-114)

Fakta mengenai kerela-tifan masa yang sangat jelas disebutkan di dalam Al-Qur’an tahun 610 sebelum masihi adalah sebuah lagi bukti bahawa Al-Qur’an adalah sebuah kitab suci.

Kadar Hujan
Sebutir maklumat yang diberikan dalam Al-Qur’an mengenai hujan adalah fenomena penurunan hujan dalam kadar tertentu. Hal ini disebutkan dalam surah az-Zukhruf sebagai berikut;

“Dan yang menurunkan air dari langit dengan kadar (tertentu) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati ...” (Surah Zukhruf: 11)

Kadar kuantiti hujan yang turun ini sekali lagi telah disingkap melalui kajian moden. Telah dianggarkan bahawa setiap saat, sejumlah lebih kurang 16 juta tan air mengewap dari permukaan bumi. Secara totalnya, jumlah air yang mengewap dalam setahun adalah lebih kurang 513 juta tan. Angka ini adalah bersamaan dengan jumlah hujan yang turun ke bumi dalam setahun. ini bererti air secara berterusan beredar dalam sebuah kitaran yang seimbang, iaitu dalam satu “kadar”. Hidupan dalam bumi bergantung kepada kitaran air ini. Walaupun dengan menggunakan teknologi yang paling maju dan canggih di dunia, mereka tetap tidak akan mampu untuk menghasilkan kitaran ini secara tiruan.
Bahkan, sedikit gangguan dalam keseimbangan ini adalah memadai untuk mengakibatkan bencana yang besar sekaligus memusnahkan seluruh hidupan dalam dunia. Bagaimanapun, hal ini tidak pernah terjadi hujan tetap turun setiap tahun dalam kadar tepat seperti yang disebutkan di dalam Al-Qur’an.

Formasi Hujan
Rahsia pembentukan hujan telah menjadi misteri yang besar selama beberapa waktu. Seluruh peringkat pembentukan hujan hanya berjaya difahami berikutan kejayaan yang dirintis untuk mencipta radar cuaca.
Berdasarkan penemuan ini, pembentukan hujan terjadi dalam 3 peringkat. Pertama, “bahan asas” dalam kandungan hujan naik ke udara melalui tiupan angin. Kemudian, awan mula terbentuk dan akhirnya titisan hujan pun turut.
Penilaian Al-Qur’an mengenai formasi hujan merujuk secara tepat kepada proses ini. Dalam sepotong ayat, pembentukan ini diterangkan sebagai berikut.

“Allah jualah yang menghantar angin, lalu angin itu menggerakkan awan, kemudian Allah menyebarkan awan itu di langit sebagaimana yang dikehendaki-nya, dan menjadikannya berkelompok-kelompok. lalu engkau melihat hujan keluar dari celah-celahnya. Maka apabila Allah menurunkan hujan itu mengenai sesiapa yang dikehendaki-nya dari hamba-hamba-nya, mereka serta-merta berasa gembira.” (Surah Ar-ruum: 48)
Sekarang, mari kita perhatikan 3 peringkat yang diutarakan di dalam ayat ini secara lebih teknikal.
PEringKAT PErTAMA: “Allah jualah yang menghantar angin…”
Gelembung air yang terbentuk melalui pembuihan lautan secara berterusan kini mulai pecah dan menyebabkan sejumlah zarah air di tolak ke permukaan udara. Zarah ini, yang kaya dengan kandungan garam, kemudian di bawa oleh angin naik ke tingkat lebih tinggi di ruang atmosfera. Zarah yang dipanggil aerosol ini berfungsi sebagai perangkap air dan membentuk titisan awan dengan menghimpunkan wap air yang naik dari permukaan laut sebagai titisan halus.
PEringKAT KEDUA: “…..lalu angin itu menggerakkan awan, kemudian Allah menyebarkan awan itu di langit sebagaimana yang dikehendaki-nya, dan menjadikannya berkelompok-kelompok.”
Awan terbentuk dari wap air yang terkondensasi di sekeliling kristal garam atau zarah halus di udara. Disebabkan titisan air dalam kepulan ini adalah kecil (dengan diameter antara 0.01 hingga 0.02 m), ia tergantung di udara dan memenuhi ruang langit. Dan dengan itu, langit kini diliputi dengan gumpalan awan.
PEringKAT KETigA: “….lalu engkau melihat hujan keluar dari celah-celahnya.”
Sejumlah zarah yang mengelilingi titisan garam dan zarah habuk menjadi semakin tebal dan membentuk titisan hujan. Kini, titisan yang lebih berat berbanding udara akan meninggalkan gumpalan awan dan mula gugur ke bumi sebagai titis hujan.
Seperti yang jelas terlihat, setiap peringkat dalam pembentukan hujan adalah berkait-rapat dengan sebahagian ayat di dalam Al-Qur’an. Bahkan, seluruh peringkat ini diterangkan secara tepat dengan perincian kronologinya. Seperti mana juga halnya di dalam fenomena semulajadi lain yang berlaku di bumi, Allah s.w.t telah memberi penjelasan yang paling tepat seperti yang jelas dalam fenomena ini dan memaklumkannya kepada manusia di dalam kitab Al-Qur’an beberapa abad lamanya sebelum ia berupaya diketahui.
Dalam sepotong ayat lain, maklumat berikut diterangkan mengenai pembentukan hujan;

“Tidakkah engkau melihat bahawasanya Allah mengarahkan awan bergerak perlahan-lahan, kemudian Dia mengumpulkan kelompok-kelompoknya, kemudian Dia menjadikannya tebal berlonggok-longgok dan selepas itu engkau melihat hujan turun dari celah-celahnya. Dan Allah menurunkan hujan batu dari langit, dari gunung-ganang yang ada padanya, lalu ia menimpakan hujan batu kepada sesiapa yang dikehendakiNya, dan menjauhkannya dari sesiapa yang dikehendaki-Nya. Sinaran kilat yang terpancar dari awan yang demikian keadaannya hampir-hampir menyambar dan menghilangkan pemandangan.” (Surah An-nur: 43)

Para saintis yang menjalankan kajian ke atas jenis awan menemui keputusan yang amat mengejutkan berkenaan dengan formasi gumpalan awan hujan. gumpalan awan terbentuk berdasarkan kepada susunan dan peringkat yang amat jelas. Peringkat pembentukan awan kumulonimbus, sejenis dari awan hujan adalah seperti berikut
1) Digerakkan dengan tiupan: gumpalan awan bergerak bersama iaitu digerakkan melalui tiupan angin.
2) Berkumpul - kemudiannya, awan-awan yang kecil (awan kumulus) yang digerakkan oleh angin bercantum dan membentuk gumpalan yang lebih besar.9
3) Melonggok - di saat awan-awan kecil telah terhimpun, rangka dalam kumpulan awan yang lebih besar semakin bertambah. rangka yang berada dekat dengan pusat awan adalah lebih kukuh berbanding yang berada di tepi. Seluruh rangka ini menyebabkan awan berkembang secara menegak, dan menyebabkan gumpalan awan berlonggok-longok. Perkembangan menegak ini menyebabkan awan menganjur dalam ke bahagian yang lebih sejuk di dalam atmosfera, di mana titisan air dan awan membentuk dan mula mengembang dengan lebih besar lagi. Apabila titisan air dan ais ini menjadi lebih berat sehingga gagal untuk ditampung oleh rangka di mana mereka terletak, akhirnya ia akan gugur dari gumpalan awan sebagai hujan, ais dan lain-lain. 10
Harus diingat bahawa para pakar meteorologi hanya berjaya mengetahui maklumat terperinci mengenai pembentukan hujan, struktur dan fungsinya di akhir ini melalui peralatan canggih seperti kapal terbang, satelit, komputer dan sebagainya. Dan ia adalah jelas bahawa Tuhan telah memberikan kita cebisan maklumat yang tidak pernah diketahui 1400 tahun dahulu.

Angin Penyuburan
Dalam sepotong ayat Al-Qur’an, ciri-ciri “penyuburan” dalam angin, dan sekaligus membentuk hujan adalah sebagai berikut;

“Dan Kami telah meniupkan angin yang menyuburkan dan Kami turunkan hujan dari langit lalu kami beri minum kamu dengan air itu...” (Surah al-Hijr: 22)

Ayat di atas menyatakan bahawa peringkat pertama dalam pembentukan hujan adalah angin. Sehingga awal abad ke-20, hubungan antara angin dan hujan yang diketahui adalah angin berfungsi menggerakkan awan. Bagaimanapun, penemuan dalam bidang meterologi moden telah mendedahkan peranan “penyuburan” angin sewaktu pembentukan hujan.
Gambaran fungsi penyuburan angin ini adalah seperti berikut;
Pada permukaan lautan dan laut-laut, apabila gelombang udara pecah, beribu-ribu zarah halus dengan diameter sekecil satu dari beratus millimeter naik ke udara. Zarah-zarah ini yang dikenali sebagai ‘aerosol’ bersebati dengan debu dari daratan melalui angin dan dibawa ke lapisan atmosfera yang lebih tinggi. Zarah-zarah ini dibawa ke altitud yang lebih tinggi oleh angin sehingga kemudian bersebati dengan wap air di atas sana. Wap air akan menyahwap di sekeliling zarah-zarah ini dan bertukar menjadi titisan air. Titisan air ini pertamanya akan bercantum dan membentuk awan, dan kemudian jatuh sebagai titisan hujan ke bumi.
Seperti yang dilihat, angin “menyuburkan” wap air yang berserakan di udara dengan zarah yang dibawa dari laut dan akhirnya membantu pembentukan gumpalan awan.
Sekiranya angin tidak memiliki sifat ini, titisan air di atmosfera tidak akan terbentuk, dan di sana tidak akan wujud hujan.
Fakta yang paling penting di sini ialah peranan penting yang dimainkan oleh angin dalam pembentukan hujan telah dinyatakan berabad lamanya di dalam Al-Qur’an, ketika manusia hanya mengetahui sedikit sekali mengenai fenomena semulajadi…

Ketelapan Air Antara Lautan
Satu dari sifat-sifat laut yang baru kini ditemui ialah apa yang dinyatakan dalam sepotong ayat Al-Qur’an sebagai berikut;
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya (lautan) ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.” (Surah ar-rahman: 19-20)

Sifat lautan, yang terbentuk bersama walaupun tidak bercampur-baur antara satu sama lain adalah sebuah penemuan terbaru di dalam bidang oceanographi. Akibat dari sejenis daya fizikal yang dipanggil ketegangan permukaan (surface tension), kandungan air dalam dua lautan yang berbeza tidak akan bercampur sebati. Disebabkan oleh ketumpatan cecairnya, ketegangan permukaan menghalang larutan dari bersebati dengan larutan lain, seolah-olah di sana terdapat dinding nipis yang memisahkannya. 11
Apa yang menarik ialah sewaktu manusia belum mempunyai sebarang asas pengetahuan dalam bidang fizik, ‘ketegangan permukaan’ mahu pun oceanographi, fenomena ini telah pun dinyatakan ketika Al-Qur’an diwahyukan.

Kegelapan Dalam lautan Dan gelombang internal

“Atau seperti kegelapan di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak bertindih ombak di sebelah atasnya pula awan tebal gelap gelita berlapis-lapis. Apabila dikeluarkan tangannya, tidak kelihatan sama sekali. Siapa yang tidak diberi cahaya oleh Allah tidaklah akan mendapat cahaya.” (Surah An-nur: 40)

Suasana yang umum di dasar laut diterangkan dalam sebuah buku bertajuk Ocean.
Kegelapan di dasar laut dan lautan didapati pada sekitar kedalaman 200 meter dan ke bawah. Pada kedalaman ini, di sana hampir-hampir tidak terdapat cahaya. Di bawah kedalaman 1000 meter, di sana langsung tidak terdapat cahaya.12
Hari ini, kita mampu mengetahui struktur umum tentang lautan, ciri-ciri makhluk hidupan di dalamnya, salinisasi termasuk juga maklumat tentang kadar kandungan air, kawasan permukaan dan kedalamannya. Kapal selam dan peralatan khusus yang dibangunkan dengan teknologi moden telah membantu para saintis untuk merakamkam maklumat seperti ini.
Manusia tidak mampu menyelam lebih dari 70 meter ke dasar laut tanpa sebarang bantuan atau peralatan khusus. Mereka tidak dapat bertahan tanpa dilengkap sebarang peralatan ketika berada di dasar dan kegelapan lautan, umpamanya pada kedalaman 200 meter. Atas sebab ini, para saintis hanya mampu menyingkap maklumat terperinci mengenai lautan hanya akhir ini. Bagaimanapun kenyataan kegelapan dalam dasar laut telah diselitkan di dalam surah An-nur 1400 tahun dahulu. ia membuktikan keajaiban saintifik Al-Qur’an di mana maklumat seperti ini telah dikhabarkan sewaktu peralatan teknologi moden yang dapat membantu manusia untuk menyelam ke dasar lautan belum lagi diterokai.
Selain itu, fakta di dalam ayat 40 surah nur: “…..seperti kegelapan di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak bertindih ombak, di sebelah atasnya pula awan tebal….” menarik perhatian kita kepada satu lagi keajaiban Al-Qur’an.
Para saintis mutakhir ini telah menemui bahawa di sana terdapat gelombang ombak internal lautan, yang “terjadi pada permukaan ketumpatan di antara lapisan yang mempunyai ketumpatan berbeza”. Gelombang internal ini meliputi dasar laut dan lautan disebabkan bahagian yang jauh ke dasar memiliki ketumpatan yang lebih tinggi berbanding yang berada di atasnya. gelombang internal bertindak serupa seperti ombak di permukaan lautan. ia boleh berpecah sama seperti ombak di permukaan. Ombak internal ini tidak dapat dilihat dengan mata manusia, tetapi ia dapat dikesan dengan mengkaji perubahan suhu atau salinisasi pada suatu kedudukan yang diberi.13
Kenyataan yang terdapat di dalam Al-Qur’an adalah mutlak selari terhadap penjelasan di atas. Tanpa perlu kepada pengkajian, seorang dapat melihat dengan jelas ombak pada permukaan laut. Tetapi adalah mustahil untuk melihat ombak di dalam laut (internal). Sebenarnya, dalam Surah Nur, Tuhan menarik perhatian manusia kepada sejenis lagi ombak yang terjadi di dalam lautan. Suatu yang pasti, fakta ini yang baru ditemui oleh saintis baru-baru ini, sekali lagi menunjukkan bahawa Al-Qur’an adalah kalam maha suci Allah s.w.t.

Kawasan Yang Mengawal Pergerakan Manusia

“Jangan!! Sesungguhnya kalau dia tidak berhenti, Kami akan memegang ubun-ubunnya. Ubun-ubun orang orang dusta, berbuat salah.” (Surah Al-Alaq: 15-16)

Ekspresi “ubun-ubun orang dusta, berbuat salah” dalam ayat di atas adalah sangat menarik. Kajian yang dijalankan di tahun kebelakangan ini mendedahkan bahawa kawasan pra-hadapan yang bertanggungjawab dalam merancang fungsi khusus dalam otak adalah terletak di bahagian depan tengkorak. Para saintis hanya berjaya menyingkap fungsi bahagian otak yang telah di sebutkan di dalam Al-Qur’an 1400 tahun dahulu sejak 60 tahun terakhir ini. Apabila melihat ke dalam tengkorak di bahagian depan kepala, kita akan menemui bahagian frontal di serebrum. Sebuah buku bertajuk Essential of Anatomy and Physiology yang menyertakan hasil terbaru kajian yang dijalankan ke atas fungsi bahagian ini menyebut;
Dorongan dan kebolehan menjangka untuk merancang dan memulakan pergerakan adalah berlaku di bahagian anterior dalam lobus frontal, iaitu kawasan pra –frontal. ini adalah kawasan perkumpulan korteks…14

Buku ini juga menyebut;
Dalam hubungan dengan penglibatannya kepada dorongan, kawasan pra frontal ini juga difikirkan berfungsi sebagai pusat keagresifan. 15
Oleh hal yang demikian, serebrum inilah yang bertanggungjawab untuk merancang, mendorong dan melakukan perbuatan yang baik dan buruk, dan ia juga bertanggungjawab dalam pertuturan mengenai bohong dan benar.
Adalah jelas bahawa pernyataan “ubun-ubun orang dusta, berbuat salah” berkait dengan lengkap terhadap penjelasan di atas. Fakta ini, yang baru ditemui oleh para saintis sejak 60 tahun terakhir telah dinyatakan oleh maha suci Allah s.w.t di dalam Al-Qur’an beratus tahun dahulu.

Kelahiran Manusia
Sejumlah variasi subjek telah disebutkan di dalam Al-Qur’an dengan tujuan untuk mengajak manusia ke arah kebenaran. Di satu sudut adalah berkaitan dengan langit, dan di sudut yang lain berkaitan dengan binatang dan di sudut yang lain lagi berkaitan dengan tumbuhan, adan semuanya adalah merupakan bukti yang amat jelas bagi umat manusia. Dalam banyak ayat Al-Qur’an, manusia diseru untuk memerhati kepada asal usul penciptaan. Mereka sering diingatkan bagaimana kewujudan manusia di muka bumi, peringkat yang dilalui dan unsur asas dalam kejadiannya;

“Kami telah menciptakan kamu, mengapa kamu tidak menerima kebenaran? Tidakkah kamu perhatikan (air mani) yang kamu tumpahkan? Kamukah yang menciptakannya atau Kami yang menciptakannya?” (Surah Al-Waqiah: 57-59)

Aspek keajaiban dalam penciptaan manusia sering ditekankan di dalam banyak ayat. Beberapa perincian maklumat yang terkandung di dalam sebahagian ayat ini kelilhatan amat mustahil untuk difahami bagi mereka yang hidup di abad ke-7, antaranya;
1) Manusia tidak terbentuk dari keseluruhan air mani, tetapi hanya dari sebahagian kecil daripadanya iaitu sperma.
2) lelaki memainkan peranan dalam menentukan jantina anak.
3) Embrio manusia melekat di dalam uterus ibu seperti lintah.
4) Fasa perkembangan embrio melalui 3 kawasan gelap di dalam uterus.

Maklumat yang disebut di atas adalah jauh dari batas kefahaman masyarakat yang hidup di abad ke-7 yang pada asasnya telah pun dibuktikan di dalam bidang sains abad-21 melalui kemajuan teknologi yang mutakhir kini direka.
Sekarang, kita akan perhatikan hal ini satu demi satu.

Setitis Air Mani
Sperma melalui perjalanan yang di dalam badan ibu sehingga berjaya sampai ke ovum. Hanya seribu dari 250 juta sperma yang dipancutkan ini berjaya menghampiri ovum. Di akhir perjalanan selama 5 minit ini, ovum yang bersaiz setengah butir garam hanya akan membenarkan sebutir unit sperma sahaja untuk tembus masuk ke dalamnya, iaitu saripati manusia bukanlah dari seluruh air mani, tetapi hanya sebahagian kecil daripadanya. Hal ini diterangkan di dalam Al-Qur’an.

“Apakah manusia itu mengira bahawa mereka akan dibiarkan begitu saja tanpa pertanggungjawaban? Bukankah dia dahulunya setitis air mani yang dipancutkan?” (Surah Al-Qiamah: 36-37)

Sepertimana yang kita lihat, Al-Qur’an memaklumkan kita bahawa manusia tidak tercipta dari keseluruhan air mani, tetapi hanya bahagian kecil daripadanya. Penekanan khusus di dalam pernyataan ini mengumumkan satu fakta yang hanya baru tersingkap melalui kajian yang dijalankan oleh sains moden adalah bukti bahawa pernyataan ini adalah bersumberkan dari Maha Suci Tuhan.

Sebatian Dalam Air Mani
Cecair yang dipanggil air mani tidak hanya sekadar mengandungi sperma, sebaliknya ia terbentuk dari sebatian campuran cecair yang berbeza. Cecair ini mempunyai fungsi yang berbeza, umpamanya kandungan gula yang diperlukan untuk membekalkan tenaga kepada sperma, meneutralkan asid dipintu masuk rahim dan menyediakan kawasan yang licin bagi memudahkan pergerakan sperma.
Apa yang cukup menarik ialah apabila air mani disebutkan di dalam Al-Qur’an, kenyataan ini yang telah disingkap melalui bidang sains moden juga turut mengisyaratkannya sekaligus menakrifkan air mani sebagai sejenis campuran sebatian.

“Kami menciptakan manusia itu dari setitis air mani yang bercampur untuk mengujinya, dan Kami jadikan ia mendengar dan melihat.” (Surah Al-insan: 2)

Dalam sebuah ayat lain, air mani sekali lagi dirujuk sebagai satu sebatian dan menegaskan bahawa manusia diciptakan dari ‘sari pati’ sebatian ini.

“Dia yang mencipta segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, dan dimulainya menciptakan manusia dari tanah. Kemudian itu dijadikannya keturunan manusia dari sari pati air yang hina.” (Surah As-Sajdah: 7-8)

Perkataan arab “sulala” yang diertikan sebagai ‘sari pati’ bermaksud yang ekstrak atau bahagian terbaik dari sesuatu benda. implikasi ini ber-maksud sebahagian dari seluruh. ini jelas menunjukkan bahawa Al-Qur’an adalah kalimah maha Kuasa yang maha Mengetahui penciptaan manusia dengan amat terperinci. Maha Kuasa ini adalah Allah, Pencipta manusia.

Penentuan Jantina Bayi
Sebelum ini, manusia memikirkan bahawa jantina bayi ditentukan oleh sel ibu, atau pun paling tidak mereka mempercayai ia ditentukan oleh kedua sel ayah dan ibu bersama. Tetapi dalam Al-Qur’an, kita diberikan sebuah maklumat berbeza di mana ciri-ciri jantina perempuan atau lelaki telah diciptakan dari setitis airmani yang dipancutkan.

“Dan sesungguhnya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan lelaki dan perempuan dari air mani yang dipancutkan.” (Surah an-najm: 45-46)

Kemajuan dalam bidang genetik dan biologi molekul secara saintifik telah mengesahkan ketepatan maklumat yang dinyatakan dalam Al-Qur’an. ia difahami kini bahawa jantina bayi adalah ditentukan oleh sel sperma dari lelaki dan sekaligus perempuan tidak terlibat dalam menentukan jantina ini.
Kromosom adalah unsur utama dalam menentukan jantina. Dua dari 46 kromosom yang menentukan struktur manusia dikenali sebagai Kromosom Seks. Sepasang kromosom ini dipanggil ‘XY’ dalam lelaki dan “XX’ dalam perempuan, iaitu dengan berdasarkan kepada bentuk kromosom tersebut. Kromosom Y membawa gen yang mengkod kejantanan, dan kromosom X membawa gen-gen yang mengkod ciri-ciri keperempuanan.
Pembentukan seorang individu manusia adalah bermula dengan kombinasi salah satu dari kromosom ini yang wujud dalam lelaki dan perempuan secara berpasangan. Dalam perempuan, kedua komponen sel seks yang membahagi kepada dua sewaktu proses pengovulan adalah kromosom X. Sel seks dalam lelaki pula, menghasilkan dua jenis sperma, satu yang mengandungi kromosom X dan satu lagi kromosom Y.

Sekiranya satu kromosom X dari perempuan disenyawakan oleh sperma yang mengandungi kromosom X dari lelaki, maka bayi yang akan lahir ialah perempuan iaitu XX. Dan sekiranya disenyawakan oleh sperma yang mengandungi kromosom Y, maka bayi adalah lelaki iaitu (XY).
Dalam perkataan lain, jantina seorang bayi adalah ditentukan oleh kromosom dari lelaki yang mensenyawakan ovum perempuan.
Pengetahuan tentang fakta ini baru diketahui dalam bidang genetik di abad-20. Sebenarnya, dalam sebahagian besar kebudayaan masyarakat manusia, adalah menjadi satu kepercayaan umum bahawa jantina seks bayi ditentukan oleh si ibu. ini adalah sebab amalan mencerca dan mengeji perempuan biasa dilihat ketika melahirkan anak perempuan.
14 kurun lamanya sebelum gen manusia ditemui, Al-Qur’an telah mendedahkan maklumat yang menafikan tahayul yang berleluasa ini sekaligus menunjukkan bahawa penentuan jantina tidak berkaitan dengan fungsi sel ovum, tetapi adalah oleh sperma yang dihasilkan oleh lelaki.

Penyangkutan “Gumpalan Darah” ke Uterus
Sekiranya kita memerhatikan kepada fakta Al-Qur’an yang dikhabarkan kepada umat manusia mengenai pembentukan manusia, kita akan menemui sebuah lagi keajaiban saintifik yang sangat penting.
Apabila sperma lelaki mensenyawakan ovum perempuan, satu intipati sel bagi bayi yang akan dilahirkan mula membentuk. Sel tunggal ini yang dikenali sebagai zigot dalam bidang biologi, akan mula giat menjalankan proses reproduksi melalui proses pembahagian dan akhirnya menjadi ‘seketul daging’ yang dipanggil embrio. Struktur ini dapat dilihat melalui bantuan mikroskop.
Embrio ini, bagaimanapun tidak meneruskan seluruh period tumbesarannya di dalam ruang kosong (tiub Fallopio). ia sebaliknya menyangkut kepada uterus seperti akar yang kukuh di bumi melalui salur pautnya. Melalui ikatan ini, embrio memperolehi nutrien penting sewaktu perkembangannya melalui badan ibu.16
Di sini, keajaiban signifikan Al-Qur’an sangat jelas. Ketika merujuk perkembangan embrio dalam kandungan ibu, Allah menggunakan kalimah ‘alaq’ dalam Al-Qur’an;

“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari ‘Alaq’. Bacalah, dan Tuhanmu yang Maha Pemurah.” (Surah al-Alaq: 1-3)

Perkataan “alaq” dalam bahasa arab bermaksud “benda yang berpaut kepada suatu tempat”. Perkataan ini secara literal, digunakan untuk menerangkan lintah yang berpaut di tubuh badan yang menghisap darah.
Amat jelas, pemilihan perkataan yang tepat kepada kondisi embrio yang berkembang dalam kandungan sekali lagi membuktikan bahawa Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan oleh-nya, Pemerintah alam cakerawala.

Penyalutan Tulang Oleh Otot
Antara lain aspek penting mengenai maklumat yang diberi dalam ayat Al-Qur’an ialah fasa perkembangan yang dilalui manusia dalam kandungan ibu. Telah dinyatakan bahawa dalam kandungan ibu, tulang-temulang berkembang lebih awal kemudian diikuti dengan pembentukan otot yang akan membalut di sekelilingnya.
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-temulang lalu tulang temulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka maha sucilah Allah, Pencipta yang Paling Baik.” (Surah al-Mukminun:14)

Embriologi adalah merupakan sebuah cabang sains yang mengkaji perkembangan embrio sewaktu dalam kandungan ibu. Sehingga ke saat ini, ahli embriologi menyangka bahawa tulang-temulang dan otot dalam embrio melalui fasa perkembangan yang serentak. Tetapi kini, kajian mikroskopik termaju yang dijalankan melalui alat moden teknologi terkini telah mendedahkan bahawa wahyu Al-Qur’an adalah kata-kata yang paling benar.
Pemerhatian pada peringkat mikro menunjukkan bahawa perkembangan dalam kandungan ibu berlaku dengan menepati gambaran yang diterangkan dalam ayat Al-Qur’an. Pertamanya, tisu rawan dalam proses pembentukan tulang embrio. Kemudian sel otot yang dipilih dari kelompok tisu di sekeliling tulang mula bercantum dan membungkus tulang.
Fenomena ini diterangkan dalam penerbitan saintifik bertajuk Developing Human dalam ayat berikut;
Sewaktu minggu ketujuh, rangka mula terbentuk di seluruh badan dan tulang mula mengasaskan bentuknya. Di akhir minggu ketujuh dan sewaktu minggu ke lapan, otot mengambil tempatnya di sekeliling 59 rangka tulang. 17
Ringkasnya, peringkat perkembangan manusia seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur’an adalah tepat dan persis dengan penemuan bidang embriologi moden.

3 Peringkat Bayi Dalam Kandungan
Dalam Al-Qur’an, telah dinyatakan bahawa manusia diciptakan melalui proses tiga-peringkat dalam kandungan ibu;

“...Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga (peringkat) kegelapan. Yang demikian itu adalah Allah. Maka apakah yang membuatkan kamu berpaling?” (Surah az-Zumar: 6)

Seperti yang akan difahami, dinyatakan dalam ayat ini bahawa manusia diciptakan dalam kandungan ibu dengan melalui tiga peringkat yang jelas. Sebenarnya, bidang biologi moden telah mendedahkan perkembangan embriologi seorang bayi adalah berlaku dalam tiga bahagian yang jelas sewaktu dalam kandungan. Hari ini, sebahagian besar buku teks dalam bidang embriologi dalam fakulti perubatan mengambil fenomena ini sebagai satu unsur dalam asas pengetahuan. Sebagai contoh dalam Basic Human Embryology, sebuah teks rujukan asas dalam bidang embriologi menyatakan fakta ini sebagai berikut; ‘Kehidupan dalam uterus mempunyai 3 peringkat; pra embrionik, 2 minggu setengah yang pertama, embrionik; sehingga berakhir minggu ke lapan, dan fetal; dari minggu ke lapan sehingga waktu kelahiran.18
Seluruh fasa ini dirujuk sebagai fasa perbezaan dalam peringkat perkembangan. ringkasnya, ciri-ciri utama dalam peringkat perkembangan adalah sebagai berikut;

- Peringkat pra-embrionik.
Pada fasa pertama ini, zigot berkembang dengan membahagi dan ketika ia mula membentuk segumpal sel, ia menyangkut di dinding uterus. Sementara ia meneruskan tumbesarannya, ia akan mengubah bentuknya dalam tiga lapisan.
- Peringkat embrionik
Fasa kedua berlangsung selama lima minggu setengah, di mana ia dipanggil “embrio”. Dalam peringkat ini, organ asas dan sistem badan mula timbul dari lapisan sel.
- Peringkat fetal
Bermula dari peringkat ini, embrio akan dipanggil ‘fetus’. Fasa ini bermula pada minggu ke lapan kandungan dan berakhir sehingga saat kelahiran. Ciri-ciri yang membezakannya ialah fetus ketika ini kelihatan dalam bentuk asas seorang manusia, dengan wajah, tangan dan kaki. Walaupun hanya 3 sentimeter panjang pada permulaan, seluruh organnya telah mulai jelas. Fasa ini berlangsung lebih kurang 30 minggu dan perkembangan akan sentiasa berterusan sehingga minggu terakhir, kelahiran.
Maklumat mengenai perkemba-ngan dalam kandungan ibu hanya diperolehi dengan menjalankan pemerhatian melalui pelbagai alat kelengkapan moden. Pun begitu, dengan cara yang menakjubkan, Allah telah menarik perhatian kita terhadap maklumat ini di dalam ayat Al-Qur’an. Fakta yang sangat terang dan tepat seumpama ini didedahkan dalam Al-Qur’an di saat manusia hanya memiliki sedikit butiran maklumat mengenai perubatan. ini adalah bukti jelas bahawa Al-Qur’an bukanlah hasil buatan manusia, tetapi adalah kalam Tuhan s.w.t.

Susu Ibu
Susu ibu adalah sebuah sebatian yang tiada tandingan diciptakan oleh Allah sebagai sumber-makanan yang bermutu tinggi bagi bayi yang baru lahir dan sekaligus berperanan meningkatkan kerintangan melawan penyakit. Bahkan makanan bayi tiruan yang dihasilkan melalui teknologi pemakanan terkini tidak dapat menggantikan sumber nutrisi yang sungguh menakjubkan ini.
Faedah dan manfaat susu ibu terhadap tumbesaran bayi sentiasa ditemui. Satu dari fakta yang berjaya disingkap melalui dunia sains ialah penyusuan susu ibu selama dua tahun setelah kelahiran adalah sangat berfaedah.19 Tuhan telah memberi sebuah maklumat penting yang baru ditemui oleh sains kini, dengan ayat “….. menceraikan dari susuan setelah dua tahun,” 1400 tahun lalu.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menceraikan dari susuan setelah dua tahun. Bersyukurlah kepada Ku dan kepada dua orang ibu bapamu, hanya kepadaKu lah tempat kembalimu.” (Surah luqman: 14)

Pengenalan Diri Dalam Cap jari
Ketika Allah s.w.t menyatakan dalam Al-Qur’an bahawa amat mudah bagi-Nya untuk membangkitkan manusia selepas kematian, cap jari manusia secara khusus ditekankan;

“Apakah manusia mengira bahawa kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-temulangnya? Bahkan, Sebenarnya Kami berkuasa untuk menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna.” (Surah al-Qiyamah: 3-4)
Kepentingan dalam cap jari mempunyai pengertian yang istimewa. Ini adalah kerana bentuk dan perincian set cap jari setiap individu adalah unik bagi dirinya. Setiap orang yang hidup atau pernah hidup mempunyai satu set cap jari yang unik.
Bahkan, pasangan kembar dengan maklumat DnA yang serupa juga memiliki set cap jari yang tersendiri. Cap jari berubah menjadi bentuk yang kekal sebelum proses kelahiran dan akan kekal sepanjang hayat kecuali di sana terbentuk parut yang kekal. ini adalah sebab mengapa cap jari diterima sebagai satu bukti penting indikasi pengenalan diri yang eksklusif kepada pemiliknya malah pengetahuan tentang cap jari digunakan sebagai satu-satunya metode menentukan identiti yang tepat.
Ciri-ciri cap jari ini baru ditemui pada akhir kurun ke-19. Sebelum itu, manusia menanggap cap jari adalah struktur garis melengkung yang biasa tanpa sebarang kepentingan atau maksud yang spesifik. Bagaimanapun dalam Al-Qur’an, Allah mengisyaratkan cap jari, sebuah fakta yang tidak menarik minat siapa ketika itu, sekaligus menarik tumpuan kita kepada kepentingannya - kepentingan yang akhirnya baru difahami hari ini.


Bahagian 2
Maklumat Mengenai Kejadian Di Masa Hadapan
Di Dalam Al-Qur’an Pengenalan


Satu lagi aspek keajaiban Al-Qur’an ialah bahawa ia memberi khabar berkenaan sebahagian peristiwa yang berlaku di masa hadapan. Kejadian peristiwa yang diramalkan ini adalah merupakan bukti Al-Qur’an sebagai Kalamullah.
Dalam helaian berikutnya, kita akan membincangkan beberapa peristiwa yang dikhabarkan di dalam Al-Qur’an akan terjadi di masa hadapan dan yang sebenarnya telah pun terjadi.

Kemenangan Byzantin
Sepotong ayat menarik yang terdapat di dalam Al-Qur’an mengenai kejadian masa hadapan dapat dilihat dalam ayat pertama surah rom, yang merujuk kepada empayar Byzantin, bahagian timur kerajaan rom yang ada dahulu. Dalam ayat ini, empayar Byzantin dinyatakan akan menemui kekalahan yang besar tetapi kemudiannya akan memperolehi kemenangan.

“Alif, lam, Mim. Dikalahkan kerajaan rom di kawasan yang paling rendah, dan mereka sesudah kalah itu nanti akan menang. Dalam beberapa tahun. Urusan itu kepunyaan Allah sejak dari permulaan sehingga ke akhirnya.” (Surah Ar-Ruum: 1-4)

Ayat ini diturunkan lebih kurang tahun 620 Setelah Masihi, hampir 7 tahun setelah Kerajaan Kristian Byzantin mengalami kekalahan yang tragik di tangan kerajaan penyembah berhala Parsi. Tetap dalam ayat tersebut didedahkan bahawa kerajaan Byzantin akan memperolehi semula 67
kemenangan kembali dalam masa yang singkat. Sebenarnya, Byzantin telah awal menanggung kerugian besar yang kelihatan seolah-olah amat mustahil baginya untuk terus kekal apatah lagi meraih semula kemenangan. Selain dari Parsi, Avar, Slav, dan Vonhard juga memberi ancaman yang besar terhadap empayar Byzantin. Kerajaan Avar sendiri telah mara begitu berhadapan dengan kota Konstantipol. Maharaja Byzantin Heraklius telah mengeluarkan arahan supaya meleburkan semua emas dan perak di seluruh gereja untuk memperolehi bantuan kewangan bagi menampung perbelanjaan ketenteraan.
Apabila semua usaha ini masih jauh dari mencukupi, bahkan patung-patung gangsa juga dileburkan untuk tujuan yang sama. Banyak gabenor-gabenor memberontak menentang Heraklius. Dan empayar ketika itu berada dalam kedudukan hampir roboh. Mesopotamia, Alicik, Syria, Palestin, Mesir dan Armenia yang pada asalnya berada di bawah jajahan Byzantin, telah pun dijajah oleh tentera Parsi. 20
Ringkasnya, semua yang ada ketika itu sedang menyaksikan saat kemusnahan empayar Byzantin. Tetapi pada ketika itu, ayat pertama surah Rum yang diturunkan memaklumkan akan kemenangan Byzantin dalam beberapa tahun. Kemenangan ini dilihat amat mustahil sehinggakan kaum Arab jahiliyyah menganggap kemenangan yang dinyatakan di dalam Al-Qur’an tidak akan menjadi kenyataan.
Lebih kurang 7 tahun setelah ayat pertama surah rom diwahyukan pada Disember 627 selepas masihi, peperangan sengit di antara Byzantine dan empayar Parsi tercetus di ninaveh. Dan kali ini, askar Byzantin tidak disangka-sangka telah berjaya menewaskan tentera Parsi. Beberapa bulan kemudian, kerajaan Parsi telah mengadakan perjanjian dengan Byzantin yang mewajibkan mereka menyerahkan kembali kawasan jajahan yang dirampas. 21
Dan akhirnya, kemenangan kerajaan Rom yang telah dinyatakan oleh Maha Suci Allah di dalam Al-Qur’an menjadi kenyataan.
Sebuah keajaiban lain yang turut dinyatakan di dalam ayat ini ialah perkhabaran mengenai fakta dari sudut geografi yang tidak difahami sesiapa ketika itu. Dalam ayat ke-3 surah rum, kita dimaklumkan bahawa kerajaan rum telah ditewaskan di bahagian paling rendah di permukaan bumi. Frasa ‘Adna Al-Ard’ dalam bahasa arab diertikan sebagai “kawasan yang berhampiran”dalam kebanyakan penafsiran. Tetapi ini bukanlah pengertian literal dari kenyataan yang asal, tetapi lebih berbentuk pentafsiran secara kiasan. Perkataan “adna” dalam bahasa arab berasal dari perkataan “daniy” yang bermaksud rendah dan “ard” bermaksud bumi.
Dengan itu kenyatan”Adna al ard” bermaksud kawasan paling rendah di muka bumi.
Sebahagian ahli mufassirin yang membahaskan kedudukan bahagian yang dimaksudkan di dalam ayat lebih cenderung memilih maksud ‘paling hampir’ bagi perkataan tersebut. Akan tetapi, makna aktualnya menunjukkan sebuah fakta geologi yang sangat penting yang tidak diketahui oleh individu yang hidup ketika itu. ini adalah kerana, apabila kita mengkaji bahagian paling rendah di muka bumi, kita akan berhadapan dengan “laut Mati” yang merupakan bahagian yang sebenarnya di mana tentera Byzantin mengalami kekalahan.
Apa yang menarik, saat penting peperangan yang terjadi di antara empayar Byzantin dan Persia ketika Byzantin ditewaskan dan kehilangan wilayah Jerusalem, adalah tepat terjadi di Teluk Laut Mati, yang terletak di bahagian pertemuan antara tanah Syria, Palestin dan jordan. mati yang terletak 395 meter di bawah paras laut, sebenarnya adalah kawasan paling rendah di muka bumi.
Ini bermaksud bahawa kerajaan Byzantin telah ditewaskan di kawasan paling rendah di muka bumi seperti yang dinyatakan dalam ayat tersebut.
Seperkara yang penting di sini ialah altitud laut Mati hanya dapat diukur melalui teknik pengukuran moden. Sebelum itu, adalah amat mustahil bagi sesiapa pun untuk mengetahui bahawa ia adalah kawasan yang ‘paling rendah di muka bumi’. Tetapi hal ini telah disebut di dalam Al-Qur’an. Oleh yang demikian bukti ini sekaligus membuktikan bahawa Al-Qur’an adalah wahyu dari Maha Suci Tuhan.


BAHAGIAN 3
Mukjizat Sejarah Al-Qur’an
Perkataan Haman Di Dalam Al-Qur’an


Maklumat di dalam Al-Qur’an yang menyentuh tamadun Mesir purba telah mendedahkan pelbagai fakta sejarah yang gagal disingkap sehingga mutakhir ini. Kenyataan ini juga menunjukkan kepada kita bahawa setiap perkataan di dalam Al-Qur’an telah diturunkan oleh Maha Tinggi Bijaksana.
Haman adalah watak yang namanya disebut di dalam Al-Qur’an bersama dengan Firaun. Watak ini dirakamkan di dalam 6 tempat yang berbeza di dalam Al-Qur’an sebagai seorang yang paling kanan kepada Firaun.
Apa yang mengejutkan, nama Haman tidak pernah disebutkan di dalam kitab Taurat yang berhubung dengan sejarah kehidupan nabi Musa a.s. Bagaimanapun, nama Haman ada disebutkan di bahagian terakhir dalam kitab Perjanjian lama sebagai pembantu kepada seorang raja Babylon yang menimpakan banyak kezaliman ke atas bangsa israel lebih kurang 1,100 tahun selepas era nabi Musa.
Setengah penganut non-muslim, yang mendakwa bahawa Muhammad s.a.w menulis Al-Qur’an dengan menyalin kitab Taurat dan Injil juga menegaskan bahawa sewaktu proses ini, nabi s.a.w memindahkan beberapa subjek berkaitan yang terdapat di dalam kedua kitab ini secara tidak tepat ke dalam kandungan Al-Qur’an. Kemustahilan dakwaan ini akhirnya terdedah hanya setelah alphabet hiroglifik tamadun Mesir berjaya ditafsirkan kira-kira 200 tahun lalu, dan nama Haman di temui di dalam pelbagai tulisan purba.
Sehingga abad ke-18, penulisan dan ukiran tamadun Msir purba tidak dapat difahami. Bahasa Mesir purba adalah berbentuk hiroglifik yang masih kekal sehingga kini. Bagaimanapun, dengan penyebaran ajaran Kristian dan pengaruh kebudayaan lain sewaktu abad ke-2 dan ke-3 selepas masihi, Mesir meninggalkan kepercayaan purbanya termasuk tulisan hiroglifik. Contoh terakhir yang diketahui tentang penggunaan penulisan hiroglif ini ialah sebuah ukiran yang bertarikh 394 selepas masihi. Kemudian bahasa itu terus dilupakan meninggalkan tanpa sesiapa yang dapat membaca dan memahaminya, dan begitulah keadaan seterusnya sehingga kira-kira 200 tahun lalu….
Misteri hiroglifik Mesir purba akhirnya berjaya diselesaikan pada tahun 1799 dengan penemuan sebuah batu bersurat yang dinamakan ‘Rosetta Stone’ bertarikh kembali tahun 196 sebelum masihi. Kepentingan ukiran ini ialah ia ditulis dalam tiga bentuk tulisan yang berbeza: hiroglif, demotic (satu bentuk mudah penulisan hiroglif mesir purba), dan greek. Dengan bantuan skrip greek, tulisan Mesir purba berjaya dikodkan. Penterjemahan ke atas ukiran ini telah disempurnakan oleh seorang berbangsa Perancis bernama jean-Francoise Champollion. Dengan ini, bahasa yang telah pupus dan peristiwa yang berkaitan di dalamnya kini dihidupkan semula. Melalui cara ini, pengetahuan yang bernilai mengenai ketamadunan, agama dan kehidupan sosial Mesir purba berjaya ditemui.
Melalui pengkodan hiroglif, sebuah maklumat penting telah ditemui: Nama Haman sebenarnya telah disebut di dalam ukiran bangsa Mesir. ini dirujuk kepada sebuah tugu di Muzium Hof di Vienna. 22
Dalam kamus The People And The new Kingdom, yang disediakan berdasarkan seluruh koleksi ukiran, Haman dirujuk sebagai: ketua pekerja batuan kuari.23
Hasil yang ditemui adalah satu kebenaran yang amat penting, tidak seperti tuduhan palsu yang dibuat oleh penentang Al-Qur’an. Haman adalah watak yang pernah hidup di Mesir di zaman nabi Musa a.s, sebagai seorang paling kanan kepada Firaun dan terlibat dalam kerja pembinaan seperti yang dinyatakan di dalam Al-Qur’an
Bahkan, ayat di dalam Al-Qur’an yang menerangkan peristiwa di saat Firaun meminta Haman membina untuknya sebuah menara adalah amat tepat dengan penemuan arkeologi ini.

“Fir’aun berkata: Hai pembesar-pembesar! Aku tidak mengetahui tuhan lain bagi kamu selain aku. Wahai Haman, nyalakanlah api tanah liat untukku. Buatkanlah untukku menara yang tinggi supaya aku naik melihat Tuhan Musa. Dan sesungguhnya aku mengira bahawa dia termasuk orang yang dusta.” (Surah Al-Qasas: 38)

Sebagai kesimpulannya, kewujudan nama Haman di dalam ukiran-ukiran tamadun Mesir purba bukan sekadar menghancurkan dakwaan yang direka-reka oleh golongan penentang terhadap kebohongan Al-Qur’an, tetapi juga mengesahkan sekali lagi fakta bahawa Al-Qur’an sebenarnya adalah diwahyukan dari Tuhan.
Dengan cara yang amat menakjubkan, Al-Qur’an menyampaikan kepada kita maklumat sejarah yang tidak dapat dimiliki atau pun difahami di waktu zaman nabi s.a.w.

Gelaran Pemerintah Mesir Di Dalam Al-Qur’an
Selain dari nabi Musa a.s yang pernah hidup di bumi Mesir dalam sejarah Mesir purba, Yusuf a.s juga pernah menetap di Mesir lama sebelum zaman Musa a.s.
Kita menemui beberapa keserasian ketika membaca mengenai kisah Musa dan Yusuf. Ketika mengisyaratkan pemimpin Mesir di waktu nabi Yusuf, perkataan “Malik” yang bermaksud raja digunakan di dalam Al-Qur’an.

“Dan berkata: bawalah dia kepadaku, akanku pilih dia untuk diriku sendiri. Kemudian setelah bercakap-cakap dengan dia, raja berkata: Sesungguhnya engkau mulai hari ini mempunyai kedudukan tinggi dan kepercayaan di sisi kami.” (Surah Yusuf: 54)

Sebaliknya, pemerintah di zaman nabi Musa pula dirujuk sebagai “Firaun”.

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa sembilan tanda yang jelas, maka tanyakanlah kepada Bani israil ketika dia datang kepada mereka. lalu Fir’aun mengatakan kepadanya: Sesungguhnya aku mengira engkau wahai Musa seorang yang kena sihir.” (Surah Al-isra: 101)

Rekod sejarah yang ada hari ini jelas menunjukkan punca kepada perbezaan gelaran tatanama pemerintah ini. Perkataan ‘Firaun’ adalah berasal dari gelaran yang diberikan kepada istana diraja di zaman Mesir purba. Pemerintah bagi dinasti lama tidak menggunakan gelaran ini. Penggunaan kalimah ‘Firaun’ sebagai gelaran bagi pemerintah hanya bermula selepas era Kerajaan Baru dalam sejarah Mesir. Period ini bermula pada dinasti ke-18 (1539-1292) sebelum masihi, dan mulai saat dinasti ke-20 (945-730) sebelum masihi, perkataan ‘Firaun’ telah diangkat sebagai gelaran kehormatan.
Dengan ini, sifat keajaiban Al-Qur’an dimanifestasikan sekali lagi. nabi Yusuf yang hidup di zaman Kerajaan lama dan dengan itu kalimah 75
“Malik” digunakan bagi pemerintah Mesir sebagai ganti perkataan ‘Firaun’. Sebaliknya, mulai zaman nabi Musa yang hidup di zaman Kerajaan Baru, pemerintah Mesir dirujuk sebagai ‘Firaun’.
Tidak diragui, sesiapa pun mampu memahami tentang sejarah Mesir untuk membuat penafsiran dan penjelasan seperti ini. Tetapi, hakikatnya sejarah Mesir purba telah pun luput dari ingatan manusia mulai abad ke-4, disebabkan hiroglifik tidak dapat difahami dan tidak dapat dikesan sehingga abad ke 19. Dengan itu, di sana tidak terdapat sumber pengetahuan yang mendalam tentang sejarah Mesir ketika Al-Qur’an diwahyukan. Fakta ini adalah antara gugusan bukti yang mengabsahkan bahawa Al-Qur’an adalah kalam Maha Agung Tuhan.

Penemuan Arkeologi Kota iram
Pada awal tahun 1990-an, sejumlah surat khabar terkenal di dunia telah menyiarkan berita dengan menggariskan tajuk besar “Fabled lost Arabian city found”, “Arabian city of legend found”, “The Atlantis of the Sands, Ubar”. Apa yang menjadikan penemuan ini begitu menarik minat ialah kota ini juga pada asasnya telah dirujuk di dalam Al-Qur’an. Sebahagian besar individu yang sebelum itu menganggap Kaum ‘Ad yang disebutkan di dalam Al-Qur’an sekadar sebagai sebuah lagenda atau pun amat mustahil untuk menemui kedudukannya, tidak dapat menyembunyikan rasa terkejut mereka. Kisah kota ini yang hanya meniti dari bibir ke bibir kaum badwi sebagai tradisi lisan, membangkitkan tarikan dan semangat ingin tahu yang kuat berikutan penemuannya.
Orang yang menemui kesan kota sejarah yang disebutkan di dalam Al-Qur’an ini ialah nicholas Clapp, iaitu seorang ahli arkeologi amatur.24 Sebagai seorang peminat ketamaduan Arab dan pemenang pengarah filem dokumentari, Clapp telah menemui sebuah buku yang menarik sewaktu melakukan kajiannya berkenaan sejarah bangsa Arab. Buku ini bertajuk Felix Arabia yang ditulis oleh seorang pengkaji berbangsa Inggeris, Bertram Thomas pada tahun 1932. Felix Arabia adalah gelaran bagi bahagian Selatan Semenanjung Tanah Arab yang hari ini meliputi Yaman dan sebahagian besar Oman. Tamadun Yunani menamakan kawasan ini sebagai ‘Eudaimon Arabia’ dan para ulama Arab zaman pertengahan menamakannya sebagai “Yaman As-Saidah”25.
Semua gelaran ini membawa maksud “Tanah Arab yang Makmur”, disebabkan penduduk yang menetap di kawasan tersebut dahulunya pernah terkenal sebagai masyarakat paling makmur di zaman itu. Baiklah, apakah punca ia digelar sedemikian?
Keberuntungan nasib yang mereka dapati sebahagiannya adalah disebabkan kedudukan yang strategik- menjadi perantaraan bagi pedagang rempah antara india dan bahagian Utara semenanjung Tanah Arab. Selain itu, mereka sendiri menghasilkan dan memasarkan ‘kemenyan’, sejenis aroma resin dari tumbuhan yang jarang diperolehi. ia menjadi benda paling berharga di kalangan masyarakat zaman silam disebabkan ia dijadikan sebagai pengasap sewaktu menjalankan upacara keagamaan mereka. Ketika itu, ia sekurang-kurangnya sangat berharga seperti emas. Thomas menerangkan kaum ‘beruntung’ ini secara panjang lebar dan mendakwa telah menemui kesan peninggalan sebuah kota purba yang diasaskan oleh salah satu daripada kaum ini.26 Ia dikenali sebagai ‘Ubar’ di kalangan masyarakat badwi. Dalam sebuah perjalanan menuju ke bahagian tersebut, populasi badwi yang menetap di padang pasir telah menunjukkan kepadanya kesan tapak yang jelas sambil menyatakan kesan tersebut akan membawanya menuju ke kota Ubar. Thomas yang amat berminat dengan subjek ini ditakdirkan mati lebih awal sebelum sempat menyelesaikan kajiannya.
Clapp yang menyelidiki tulisan Thomas terpukau dengan kewujudan kota purba yang telah lenyap seperti mana yang digambarkan di dalam buku tersebut. Tanpa membuang masa, beliau memulakan kajiannya.
Clapp menggunakan dua cara untuk membuktikan kewujudan Ubar. Pertama, mencari kesan yang seperti yang dikatakan oleh kaum badwi. Dan kemudian beliau memohon kepada pihak nASA untuk memberi imej satelit berkenaan kawasan tersebut. Setelah lama berhempas-pulas, akhirnya beliau berjaya memujuk pihak berkenaan untuk mengimbas imej gambar kawasan tersebut.27
Clapp meneruskan kajian ke atas sejumlah manuskrip dan peta purba di perpustakaan Huntington di California. Matlamatnya adalah untuk mendapatkan peta kawasan tersebut. Melalui kajian yang singkat, beliau telah menemui sesuatu. Apa yang ditemuinya ialah sebuah peta yang telah dilukis oleh ahli geografi Ptolemi berbangsa Mesir-Yunani pada tahun 200 Setelah Masihi. Peta tersebut menggambarkan kedudukan kota purba yang ditemui di kawasan tersebut serta jalan menuju ke sana.
Sementara itu, beliau telah menerima imej yang diambil oleh NASA.
Di dalam gambar tersebut, debu akibat perjalanan kafilah lebih menjadi jelas yang sebelum ini sukar dilihat dengan mata kasar kecuali gambaran menyeluruh dari angkasa lepas. Dengan membandingkan gambar ini dengan peta purba yang ada di tangan, Clapp akhirnya menemui kesimpulan yang selama ini dicarinya: Debu serombongan kafilah yang terdapat pada peta purba adalah merupakan kepulan yang didapati di dalam gambar satelit. Destinasi terakhir kepulan debu ini adalah merupakan sebuah kawasan yang luas di mana dahulunya adalah sebuah kota.
Akhirnya, kedudukan kota legenda purba yang menjadi subjek lisan tradisi di kalangan generasi badwi berjaya ditemui. Selang beberapa lama, kerja carigali dimulakan dan sisa kesan sebuah kota purba mula timbul dari permukaan pasir. Sekaligus, kota ini digambarkan sebagai ‘Atlantis Padang Pasir: Ubar’.
Baiklah, apakah bukti yang menunjukkan kota ini adalah merupakan kota kaum ‘Ad yang disebutkan di dalam Al-Qur’an?
Bermula saat ia digali, telah difahami bahawa timbunan kota ini adalah milik tiang-tiang ‘Ad dan iram yang disebutkan di dalam Al-Qur’an disebabkan di antara struktur yang digali keluar khususnya adalah sejumlah menara yang merujuk kepada kenyataan Al-Qur’an tersebut. Seorang ketua kumpulan pengkaji yang mengetuai kerja cari gali, Dr. Zarins berkata: ‘disebabkan menara tersebut didakwa sebagai ciri-ciri yang jelas berhubung dengan Ubar dan disebabkan iram telah dinyatakan memiliki sejumlah menara atau tiang, maka ia adalah bukti paling kukuh setakat ini yang menunjukkan kawasan yang ditemui adalah iram, kota penduduk ‘Ad yang diterangkan di dalam Al-Qur’an. Berhubung dengan iram ayat berikut:

“Tidakkah engkau ketahui bagaimana Tuhanmu memperbuat terhadap Kaum ‘Ad.” (Surah Al-Fajr: 6-8)

Seperti yang terlihat, fakta yang diterangkan di dalam Al-Qur’an mengenai peristiwa masa lalu yang mengesahkan penemuan fakta sejarah adalah merupakan sebuah bukti bahawa ia adalah wahyu yang benar dari Allah s.w.t.

Kaum Saba’ dan Banjir Arim
Penduduk kaum Saba adalah salah satu daripada empat tamadun paling besar yang pernah menetap di Selatan Tanah Arab.
Kisah sumber sejarah berhubung dengan Saba biasanya menerangkan ia sebagai sebuah kebudayaan seperti sebuah bangsa semitik purba yang khususnya terlibat di dalam aktiviti perdagangan. Kaum Saba terkenal sebagai sebuah bangsa yang bertamadun di dalam sejarah. Di dalam ukiran yang mengisahkan pemerintah Saba, perkataan seperti ‘pemulihan’, ‘dituju khas’ dan ‘membina’ acap kali digunakan. Empangan Ma’arib yang merupakan salah satu monumen agung mereka adalah indikasi yang penting menunjukkan pencapaian tahap teknologi mereka. Kota Saba turut memiliki ketenteraan paling kuat di bahagian tersebut. Bahkan, melalui kekuatan tenteranya ia berkuasa menggubal dasar peluasan kuasa. Dengan peradaban yang maju dan sistem ketenteraannya, kota Saba adalah jelas merupakan sebuah ‘kuasa besar’ di bahagian tersebut pada waktu itu.
Kekuatan luarbiasa tentera kota Saba juga diterangkan di dalam al-Qur’an. Sebuah ekspresi ucapan seorang ketua tentera yang dinyatakan menunjukkan tahap keyakinan diri askar tersebut. Dengan menyeru kepada Permaisuri kota Saba tersebut;

“Sahut mereka: kita mempunyai kekuatan dan mempunyai keberanian yang sangat dan urusan ini terserah kepada baginda, maka baginda putuskanlah apa yang akan baginda perintahkan.” (Surah An-naml: 33)

Ma’arib adalah merupakan ibu kota Saba yang sangat makmur dan gemilang disebabkan kelebihan kedudukannya yang strategik. ibu kota ini terletak sangat hampir kepada Sungai Adhanah. Titik di mana sungai ini mencecah jabal Balaq adalah sangat ideal bagi pembinaan sebuah empangan. Dengan memanfaatkan kedudukan ini, rakyat Saba telah mendirikan sebuah empangan di saat tamadun mereka telah berdiri kukuh dan mula menjalankan kerja pengairan. Sesungguhnya mereka mencapai kemewahan yang melimpah ruah.
Ibu kotanya, Ma’arib adalah salah satu daripada kota paling maju ketika itu. Penulis Yunani, Pliny yang pernah melawat kota ini dan sangat memujinya turut menyatakan suasana kehijauan di kota tersebut.28
Ketinggian empangan Ma’arib adalah 16 meter dengan lebar meter dan panjang 620 meter. Berdasarkan kepada pengiraan, jumlah kawasan yang dapat diairi oleh empangan sebesar ini ialah seluas 9,600 hektar di mana 5,300 hektar ialah kawasan Selatan dan selebihnya di Utara. Kedua kawasan ini dirujuk sebagai “Ma’arib dan dua kawasan” di dalam ukiran purba kaum Saba. Di dalam Al-Qur’an, pernyataan ‘dua taman di kiri dan di kanan’ adalah mengisyaratkan kepada kawasan pertanian dan kehijauan di lembah tersebut. Disebabkan empangan dan sistem pengairannya, wilayah ini terkenal sebagai kawasan paling subur dan berbuah di Yaman. j. Holevy yang berbangsa Perancis dan glaser berbangsa Austria telah membuktikan dari sejumlah dokumen bertulis bahawa empangan Ma’arib telah wujud sejak zaman purba. Di dalam dokumen yang ditulis di dalam dialek Himer, telah dinyatakan bahawa empangan ini menjadikan wilayah tersebut sangat produktif.
Apabila kita memerhati kepada Al-Qur’an melalui data sejarah di atas, kita mendapati di sana terdapat sebuah argumen yang sangat berasas. Kedua penemuan arkeologi dan dokumen sejarah mengesahkan kenyataan di dalam Al-Qur’an. Seperti yang terkandung di dalam ayat, kaum ini yang enggan menuruti nasihat rasul yang diutus dan yang tidak pernah bersyukur serta menolak kebenaran telah dimusnahkan di dalam bencana banjir besar. Bencana banjir ini telah dikisahkan di dalam al-Qur’an sebagai berikut;

“Sesungguhnya bagi penduduk Saba di negeri mereka terdapat petanda iaitu dua bidang kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Dikatakan kepada mereka): Makanlah rezeki Tuhanmu dan berterimakasihlah kepada-nya. (inilah) negeri yang baik dan Tuhan yang Maha Pengampun. Kemudian mereka berpaling, lalu Kami kirimkan kepada mereka banjir (yang merobohkan) empangan dan Kami tukar kedua kebun mereka menjadi kebun lain yang mempunyai buah yang pahit dan pohon Atsl (pohon tanpa buah) dan sedikit pohon Sidr. Demikian itulah mereka Kami balasi akibat kekufuran mereka. Kami tidak membalasi kecuali orang-orang yang kafir.” (Surah Saba: 15-17)

Di dalam Al-Qur’an, bencana yang menimpa kaum Saba disebut sebagai Sayl al-Arim yang bermaksud ‘banjir Arim’. Perkataan ini juga menjelaskan bentuk bencana yang terjadi. Perkataan Arim bermaksud empangan atau halangan. Sayl al-Arim kini bermaksud banjir yang menyusul dengan robohnya empangan ini. Para pemikir islam telah melihat isu ini dan dihidayahkan melalui petunjuk kalimah yang digunakan untuk mengisahkan banjir Arim di dalam Qur’an. Al-Maududi menulis di dalam ulasannya:
Seperti yang juga digunakan di dalam kalimah, Sayl al-Arim, perkataan ‘arim’ adalah berasal dari perkataan ‘arimen’ yang digunakan dalam dialek Selatan Tanah Arab bermaksud ‘empangan, halangan’. Di dalam kesan runtuhan yang ditemui di dalam kerja cari gali di Yaman, perkataan ini dilihat berulangkali digunakan dalam pengertian ini. Sebagai contoh, di dalam ukiran purba yang dikerahkan oleh raja Habesh Yaman, Ebrehe (Abrahah), berikutan kerja pemulihan dinding besar empangan Ma’arib pada 542 dan 543 selepas masihi, perkataan ini adalah berulangkali digunakan bermaksud empangan. Dengan itu, Sayl al-Arim bermaksud ‘sebuah banjir yang terjadi setelah kerosakan sebuah empangan.’. Kemudian mereka berpaling, lalu Kami kirimkan kepada mereka banjir (yang merobohkan) empangan dan Kami tukar kedua kebun mereka menjadi kebun lain yang mempunyai buah yang pahit dan pohon Atsl (pohon tanpa buah) dan sedikit pohon Sidr. (Surah Saba: 16) Iaitu setelah bangunan empangan musnah, seluruh kota diliputi banjir. Terusan yang digali, empangan yang dibina dengan membina sejumlah penghalang di antara dua bukit telah musnah dan sistem pengairan telah pecah musnah. Kesannya, wilayah tersebut yang sebelum itu adalah seumpama sebuah ladang bertukar menjadi hutan belantara. Tidak ada buah-buahan yang tinggal kecuali buah seperti ceri di tunggul-tunggul kayu.29
Seorang ahli arkeologi beragama Kristian Werner Keller, penulis buku The Holy Book Was right” (Und Die Bible Hat Doch recht), mengakui bahawa banjir Arim terjadi selaras dengan penerangan Al-Qur’an dan menulis bahawa kewujudan empangan seumpama itu dan kemusnahan yang menimpa seluruh kota dengan keruntuhannya membuktikan bahawa contoh yang diberikan di dalam Qur’an mengenai kaum yang menghuni taman tersebut sesungguhnya adalah benar.30
Setelah bencana banjir Arim, wilayah tersebut mula bertukar menjadi padang pasir dan kaum Saba menanggung kerugian mata pencarian dengan lenyapnya sebahagian besar tanah pertanian. Mereka yang tidak mempedulikan seruan Allah untuk beriman dan bersyukur kepada-nya telah berakhir dengan bencana seperti ini.

Penemuan Arkeologi Mengenai Kaum Thamud
Di antara kaum yang disebut di dalam Al-Qur’an, Thamud adalah sebuah bangsa yang menyediakan sumber maklumat yang ekstensif kepada kita hari ini. Sumber sejarah mendedahkan bahawa sebuah kaum yang dipanggil Thamud sebenarnya pernah wujud.
Bangsa Al-Hijr yang disebutkan di dalam Al-Qur’an adalah dianggap kaum Thamud yang sama. nama lain bagi kaum Thamud ialah Ashabul al-Hijr. Dengan itu, ‘Thamud’ ialah nama bangsa dan Al-Hijr ialah antara salah sebuah kota yang telah dibina mereka. Penjelasan oleh seorang ahli geografi Yunani, Pliny adalah selari dengan yang ini. Pliny menulis bahawa Domatha dan Hegra adalah lokasi yang menjadi tempat menetap Thamud dan yang kedua (merujuk kepada Hegra) adalah yang mendirikan Hijr hari ini.31
Sumber tertua pernah diketahui yang merujuk kepada Thamud ialah rekod kemenangan raja Babylon, Sargon ii (abad ke-8 Sebelum Masihi) 85
yang menumpaskan bangsa tersebut di dalam peperangan di Utara Tanah Arab. Yunani turut merujuk bangsa ini sebagai ‘Tamudaei’. Sebelum zaman Muhammad s.a.w, lebih kurang 400-600 Sebelum Masihi, mereka telah lenyap hilang.
Di dalam Qur’an, ‘Ad dan Thamud sering digandingkan bersama. Bahkan, ayat tersebut turut menasihatkan Thamud untuk mengambil pengajaran dari kehancuran ‘Ad. ini menunjukkan Thamud mengetahui dengan terperinci maklumat berhubung ‘Ad.

“Ingatlah ketika Dia mengangkatmu menjadi khalifah sesudah kaum ‘Ad dan Dia tempatkan kamu di muka bumi. Kamu mendirikan mahligai di lembahnya dan kamu pahat bukit-bukitnya menjadi rumah. Maka itu ingatlah akan nikmat Allah dan janganlah kamu berbuat kebinasaan di muka bumi sebagai orang-orang yang merosak.” (Surah Al-A’raf: 74)


Kesimpulan
Al-Qur’an Adalah Kalam Tuhan


Semua yang telah kita perhatikan sejauh ini menunjukkan kepada kita sebuah hakikat kenyataan yang amat jelas; Al-Qur’an adalah seperti sebuah kitab di mana semua khabar yang terkandung di dalamnya telah dibuktikan dan akan terus dibuktikan sebagai benar. Fakta mengenai subjek saintifik dan pelbagai kisah mengenai kejadian di masa lalu dan hadapan, fakta yang tidak mampu difahami ketika itu telah diperincikan di dalam ayatnya. Adalah amat mustahil untuk memahami dan mengetahui seluruh keterangan ini jika dibandingkan dengan tahap pengetahuan dan kemajuan teknologi di waktu itu. Adalah jelas bahawa hal ini memberi bukti yang kukuh dan benar bahawa Al-Qur’an bukanlah kata-kata manusia. Al-Qur’an adalah kalimah Allah Maha Besar, Maha Pencipta segala sesuatu dan yang meliputi setiap sesuatu dengan pengetahuan-nya.
Dalam sepotong ayat, Tuhan berfirman di dalam Al-Qur’an Sekiranya ia datang selain dari Tuhan, mereka akan dapati banyak percanggahan di dalamnya (Surah An-nisa: 82), bukan sekadar percanggahan di dalam Al-Qur’an tetapi keterangan yang terdapat di dalamnya mendedahkan mukjizat kitab suci ini semakin bertambah dengan peredaran masa. Apa yang sewajibnya dilakukan manusia ialah berpegang erat kepada kitab ini dan menerimanya sebagai satu-satunya panduan sepanjang hayat. Al-Qur’an ini tidak dapat ditiru atau dihasilkan oleh sesiapa pun melainkan Dia. Bahkan, ia adalah pengesahan terhadap apa yang terjadi sebelum ia diturunkan dan merupakan kandungan Kitab yang tidak mengandungi sebarang keraguan dari Tuhan sekalian alam.

Al-Qur’an ini bukanlah direka oleh yang lain melainkan Allah bahkan ia membenarkan kitab di hadapannya dan menerangkannya; tidak terdapat keraguan didalamnya, daripada Tuhan semesta alam. (Surah Yunus: 37-38)

Dalam sepotong ayat-nya, Allah menyeru kepada umat manusia.

“Dan inilah Kitab yang Kami turunkan yang diberi berkat maka turutlah dan peliharalah dirimu, semoga kamu mendapat rahmat.” (Surah Al-An’aam: 155)


Bahagian 4
Kekeliruan Dalam Evolusi Pengenalan


Kita telah membincangkan sebahagian dari mukjizat saintifik Al-Qur’an yang merupakan sebuah kitab yang diturunkan sebagai panduan dan peringatan. Melalui mukjizat ini, Allah s.w.t telah memberi pelbagai petanda membuktikan ia adalah sebuah Kitab yang Benar dan mengajak manusia untuk memikirkannya. Satu daripada isu penting yang diisyaratkan di dalamnya ialah pengiktirafan manusia terhadap kesempurnaan yang terpampang di dalam penciptaan bumi dan mengagungkan kebesaran dan kehebatan Maha Agung-nya dengan memikirkan semua itu. Akan tetapi, hari ini, di sana terdapat berbagai bentuk ideologi yang bertujuan mengaburi pandangan manusia terhadap Hakikat Penciptaan dan berusaha memisahkan mereka dari pegangan agama dengan pelbagai idea yang karut-marut. Antara yang paling penting ialah materialisme.
Darwinisme atau lebih dianggap sebagai teori evolusi hanyalah sekadar sebuah falasi non-sainitifik, yang dikemukakan dengan tujuan untuk menafikan kebenaran Penciptaan, dan sehingga kini masih gagal untuk diusahakan. Teori ini yang mendakwa bahawa kehidupan muncul dari materi bukan-organik melalui siri-siri kebetulan, pada asasnya ditolak oleh penjelasan fakta-fakta Penciptaan alam semesta oleh Tuhan. Tuhan yang menjadikan dan memerintah alam ini terlihat dalam penerangan terperinci yang sangat jelas. Dalam hal ini, teori evolusi yang mendakwa bahawa hidupan bukan dicipta oleh Tuhan sebaliknya sebagai hasil kebetulan, selamanya tidak akan menjadi suatu kebenaran.
Suatu yang lazim, apabila menjalankan penyelidikan ke atas teori evolusi, kita akan melihat di sana bahawa sebenarnya ia telah pun terbatal melalui penemuan saintifik kontemporari. Struktur yang terdapat di dalam makhluk hidupan didapati lebih kompleks dan sangat menakjubkan berbanding dunia bukan hidupan (material). Sebagai contoh kita dapat membuat pemerhatian ke atas sensitiviti keseimbangan atom yang tersusun dalam dunia bukan-hidupan. Selanjutnya kita melihat betapa rumitnya struktur atom-atom ini yang terdapat di dalam makhluk hidupan dan kita juga boleh belajar keajaiban mekanisme yang terbentuk olehnya, seperti, protein dan sel.
Dan mekanisme luarbiasa ini telah membatalkan teori evolusi di akhir abad ke-20 ini.
Kami melihat perkara ini dengan maklumat yang sangat terperinci di dalam siri kajian kami dan akan terus melakukannya. Dan demi kerana kepentingannya, adalah amat bermanfaat untuk mengulangi semula perbincangan mengenainya di sini.

Kemusnahan Saintifik Falsafah Darwinisme
Teori evolusi adalah merupakan sejenis pegangan zaman silam yang bertarikh kembali di Zaman greek Kuno yang ditimbulkan semula pada pertengahan abad-19. Peristiwa paling penting yang mengangkat teori evolusi sebagai agenda disiplin sains sedunia ialah buku The Origin of Species yang dikarang oleh Darwin pada tahun 1859. Buku ini mengemukakan bantahan terbuka terhadap kepercayaan bahawa spesis hidupan yang berbeza di dalam alam secara individu diciptakan oleh Tuhan. Menurut Darwin, setiap spesis berasal dari leluhur atau nenek moyang yang sama dan berkembang menjadi berbeza-beza melalui perubahan yang kecil dengan peredaran zaman.
Teori Darwin adalah tidak bersandarkan kepada penemuan saintifik yang tidak saintifik sebagaimana yang diakuinya sendiri, ia adalah merupakan sebuah ‘andaian’. Bahkan, seperti yang diakui oleh Darwin dalam sebuah bab yang panjang dalam bukunya di bawah tajuk Kesulitan Terhadap Teori’, ia gagal menjawab sejumlah persoalan yang sangat penting.
Darwin sering berharap Kesulitan Terhadap Teori akan segera diatasi melalui penemuan saintifik terkini. Tetapi, akibatnya adalah sangat bertentangan dengan apa yang diharapkannya, bahkan perkembangan sains semakin menyukarkan kesulitan tersebut.
Kekalahan Darwinisme dalam menghadapi Sains dapat dilihat dalam tiga asas berikut:
1) Teori adalah tidak rasional untuk menjelaskan hidupan tunggal pertama yang timbul di atas muka bumi.
2) Tidak terdapat bukti saintifik yang menunjukkan bahawa ‘mekanisme bersifat evolusi’ yang dikemukakan oleh teori memiliki kesan yang mampu menghasilkan fenomena evolusi.
3) rekod fosil mendedahkan gambaran yang bertentangan terhadap andaian asas teori.
Dalam bahagian ini kita akan memperhalusi senarai tajuk penting di atas.

Halangan Pertama Yang Gagal
Di Atasi: Asal Usul Kehidupan
Teori evolusi mendakwa bahawa seluruh spesis hidup adalah bermula dengan sebutir sel tunggal yang timbul di zaman dunia primitif lebih kurang 3.8 ribu juta tahun dahulu. Bagaimana sel tersebut membentuk jutaan spesis hidup yang kompleks dan, sekiranya benar evolusi selaras dengan dakwaan mereka, mengapa sebarang kesan dari rekod fosil gagal ditemui, adalah beberapa bentuk persoalan yang tidak dapat diterangkan. Tetapi sebelum memanjangkannya, titik pertama yang harus diselesaikan oleh teori evolusi ialah: bagaimana “sel tunggal” ini wujud?
Disebabkan teori evolusi menafikan konsep penciptaan dan menolak sebarang campurtangan kuasa luar biasa, sebaliknya mempertahankan bahawa ‘sel pertama’ adalah wujud secara kebetulan melalui tindak balas hukum alam, tanpa sebarang rekaan, perancangan atau penyusunan. Berdasarkan kepada dakwaan teori, materi yang tidak bernyawa tetap akan menghasilkan sel hidup sebagai satu akibat kebetulan. Hal ini, akan tetapi, adalah merupakan dakwaan yang bercanggah dengan beberapa hukum dan undang-undang yang sangat kukuh dalam bidang biologi.

“Kehidupan Lahir Dari Kehidupan”
Di dalam bukunya, Darwin tidak pernah menyebut mengenai asal usul hidupan. Pemahaman saintifik yang masih primitif di zamannya menganggap makhluk hidup hanya memiliki struktur yang ringkas. Menurut teori yang dikenali sebagai ‘generasi spontan’ yang dipercayai sejak Zaman Pertengahan, adalah dipercayai bahawa zarah bukan-hidup akan berpadu bersama secara sembarangan dan membentuk sejenis organisma hidup. Umum mempercayai bahawa lalat terhasil melalui sisa makanan dan tikus pula daripada gandum. Eksperimen yang menarik telah dilakukan untuk membuktikannya. Sedikit gandum ditabur ke atas percaan kain buruk yang kotor dan dipercayai bahawa tikus akan menjelma daripada kombinasi itu setelah beberapa lama.
Melalui cara yang sama, daging yang berulat dijadikan bukti kepada generasi spontan. Sebaliknya, setelah difahami kemudian bahawa ulat-ulat itu sebenarnya tidak wujud secara spontan, tetapi sebenarnya adalah larva yang ditinggalkan oleh lalat yang tidak dapat dilihat dengan mata kasar.
Waktu Darwin menulis bukunya The Origin of Species, kepercayaan bahawa bakteria boleh wujud dari benda bukan organik (bersifat hidupan) mendapat penerimaan luas dalam dunia sains.
Bagaimanapun lima tahun setelah penerbitan buku Darwin, ahli biologi Perancis terkenal louis Pasteur, secara terperinci memusnahkan kepercayaan ini yang merupakan asas bagi evolusi. Sebagai kesimpulan dari kajian yang panjang dan pemerhatiannya, Pasteur sampai kepada keputusan dengan perkataannya, “Dakwaan bahawa benda yang mati boleh melahirkan kehidupan telah dikubur dalam sejarah untuk selama-lamanya”.32
Golongan pembela evolusi menolak penemuan Pasteur ini untuk masa yang panjang. Kini, sains yang berkembang maju telah mendedahkan betapa rumitnya struktur yang terdapat dalam sel hidupan. Sekaligus kesilapan dakwaan bahawa hidupan wujud dengan sendiri menjadi lebih jelas.

Usaha Tidak Konklusif Di Abad 20
Dalam abad ke-20 ini, evolusionis yang pertama meneruskan subjek asal usul hidupan ini ialah seorang ahli biologi russia Alexander Oparin. Dalam banyak tesisnya yang dibentangkan dalam tahun 1930-an, dia cuba untuk menerangkan bahawa sel hidupan telah wujud melalui kebetulan. Tetapi usaha ini berakhir dengan kegagalan, dan Oparin membuat sendiri pengakuannya, “Malangnya, asal usul sel ini adalah mungkin merupakan persoalan yang paling suram dalam seluruh kajian evolusi organisma”. 33
Para evolusionis yang menjejaki langkah Oparin cuba menjalankan eksperimen yang akan menyelesaikan enigma asal usul hidupan ini. Eksperimen yang paling terkenal ialah yang dilakukan pada tahun 1953 oleh seorang ahli kimia Amerika yang terkenal, Stanley Miller. Miller menyatukan beberapa gas yang didakwanya sebagai atmosfera bumi primitif dalam kondisi eksperimen, menambahkan tenaga kepada campuran ini dan mensintesiskan beberapa molekul organik (asid amino) yang digunakan dalam penghasilan protein.
Pembatalan kepada eksperimen itu, yang merupakan eksperimen paling penting di atas nama evolusi, ialah atmosfera yang digunakan dalam eksperimen itu sangat jauh berbeza dengan atmofera dunia sebenar yang ditimbulkan beberapa tahun berikutnya. 34
Selepas lama berdiam diri, Miller akhirnya sendiri mengakui bahawa atmosfera yang digunakan adalah tidak realistik. 35
Semua usaha yang dilakukan untuk memperjuangkan teori evolusi sepanjang abad ke-20 ini dengan tujuan untuk menerangkan asal usul hidupan berakhir dengan kegagalan. Seorang ahli geokimia, jeffrey Bada dari institut Scribb di Sandiego mengakui kebenaran ini dalam artikel yang diterbitkan pada tahun 1998 majalah evolusionis Earth.
Hari ini sempena abad yang akan kita tinggalkan, kita masih menghadapi masalah paling besar gagal dijawab yang kita miliki ketika melangkah masuk abad ke-21; bagaimana asal usul kehidupan dimulakan di bumi? 36

Struktur Kompleks Hidupan
Punca utama teori evolusi menjadi kesulitan yang besar berhubung asal usul hidupan ialah bahkan organisma hidup yang dianggap paling ringkas sebenarnya memiliki struktur kompleks yang sukar dipercayai. Sel hidup bagi individu hidupan adalah jauh lebih kompleks berbanding semua keluaran teknologi yang dihasilkan oleh manusia. Hari ini, walaupun di makmal paling canggih di dunia, sebutir unit sel yang hidup tetap gagal dihasilkan melalui cantuman unsur bukan organik.
Keadaan yang diperlukan untuk kewujudan sel ini adalah lebih jauh dari apa yang boleh diterangkan melalui kebetulan. Kebarangkalian protein yang merupakan blok binaan bagi sel untuk disintesis secara kebetulan ialah 1 peluang dalam 10950 bagi purata protein terhasil dari 500 amino asid. Dalam matematik, kebarangkalian lebih kecil berbanding 1 daripada 1050 secara praktikalnya adalah dianggap mustahil.
Molekul DnA, yang terkandung dalam nukleus sel yang mengandungi maklumat genetik merupakan sebuah bank data yang menakjubkan. Sekiranya kod genetik manusia ditulis ke dalam kertas, ia akan memenuhi sebuah perpustakaan dengan 900 jilid, 500 lembar kertas setiap jilid.
Dan di sini satu perkara yang menarik untuk ditambah: DnA hanya mampu menjalankan proses replikasi dengan bantuan beberapa protein khusus (enzim). Bagaimanapun, enzim ini hanya terbentuk melalui maklumat yang telah dikodkan dalam DnA. Pergantungan antara satu sama lain ini menunjukkan bahawa keduanya harus berada secara serentak untuk tujuan proses replikasi. Hal ini semakin merumitkan dakwaan bahawa hidupan terbentuk sendiri. Seorang profesor evolusi terkenal, leslie Ogel dari San Diego Amerika mengakui kebenaran ini dalam majalah Scientific American edisi Oktober tahun 1994;
Suatu yang sangat tidak dapat diterima bahawa protein dan nuklik asid, keduanya sangat kompleks dari segi struktur, wujud secara spontan di tempat yang sama pada masa yang sama. namun ia juga mustahil untuk salah satu daripadanya wujud tanpa yang satu lagi. Dan pada sekilas pandang, dapat disimpulkan bahawa hidupan tidak akan, yang sebenarnya, wujud sekadar melalui kimia. 37
Apa yang jelas, sekiranya kewujudan makhluk hidupan melalui kesan semulajadi adalah suatu yang mustahil, maka hakikat yang harus diakui ialah kehidupan telah dicipta secara istimewa. Kebenaran ini secara terbuka membatalkan teori evolusi yang bertujuan menafikan kebenaran Konsep Penciptaan.

Mekanisme Imaginasi mengenai Evolusi
Titik kedua terpenting yang membatalkan teori Darwin ini ialah kenyataan bahawa konsep yang didakwa olehnya sebagai ‘mekanisme proses evolusi’ pada hakikatnya tidak memiliki sebarang impak evolusi.
Darwin secara total mengaitkan teori evolusi terhadap mekanisme ‘pilihan semulajadi’. Kepentingan mekanisme ini baginya jelas terlihat di dalam The Origin of Species by Means natural Selection…
Ia berasaskan kepada idea bahawa dalam persaingan untuk kekal, hidupan yang lebih kuat dan mampu beradaptasi dengan keadaan semulajadi akan terus kekal. Sebagai contoh, sekawan rusa yang diancam haiwan pemangsa, rusa yang berlari dengan pantas akan terus hidup. Dalam keadaan ini, sekumpulan rusa itu terdiri dari individu yang pantas dan bertenaga. Tetapi sudah jelas bahawa mekanisme ini tidak menyebabkan rusa berevolusi. ia tidak berkuasa untuk menukar rusa menjadi spesis lain, contohnya kuda.
Atas alasan ini, mekanisme pilihan semulajadi tidak memiliki sebarang kuasa proses evolusi. Darwin menyedari fakta ini dan dalam The Origin of Species terpaksa mengakui;
Pilihan semulajadi ini tidak dapat melakukan apa-apa sehingga perbezaan individu yang berfaedah atau variasi terjadi. 38

Impak Lamarck
Jadi, bagaimana ‘variasi berfaedah’ ini terjadi? Di waktu pemahaman saintifik yang masih primitif di zamannya, Darwin menyandarkan jawapan bagi persoalan ini kepada lamarck. Menurut ahli biologi Perancis lamarck yang hidup sebelum Darwin, makhluk hidup memindahkan perubahan fizikal yang mereka alami sepanjang hidup kepada generasi seterusnya. Dan generasi baru yang terhasil adalah merupakan hasil kolektif sifat-sifat yang terkumpul dari satu generasi ke generasi lain. Sebagai contoh, dalam pandangan lamarck, zirafah berkembang daripada kijang di mana lehernya menjadi panjang ketika bersaing untuk mendapatkan sumber makanan pada dahan yang tinggi dan sekaligus memindahkan sifat ini kepada generasi seterusnya.
Darwin turut memberi contoh yang sama. Sebuah contoh yang didakwanya dalam The Origin of Species ialah bahawa beruang-beruang yang masuk ke dalam laut bertukar menjadi ikan paus dengan peredaran masa.39

Tetapi hukum pewarisan yang ditemui oleh Mendel yang dibuktikan benar melalui kemajuan sains abad-20 ini telah memusnahkan mitos bahawa sifat yang diperolehi dapat diturunkan kepada generasi seterusnya. Akibatnya, pilihan semulajadi tidak mempunyai sebarang kesan dan tidak memberi apa-apa erti.

Neo Darwinisme dan Mutasi
Dalam kekecohan bertungkus-lumus mencari penyelesaian, penganut Darwinisme telah mengemukakan ‘Teori Sintetik Moden’, atau neo-Darwinisme sebagai mana yang diketahui dunia pada akhir tahun 1930 an. Di samping pilihan semulajadi, neo-Darwinisme menambah sebuah lagi mekanisme baru iaitu mutasi, atau lebih tepatnya, kerosakan yang terjadi di dalam gen makhluk hidup akibat kesan pengaruh luaran seperti radiasi atau kesilapan duplikasi sebagai ‘kuasa yang menyebabkan variasi berfaedah’.
Dan sehingga hari ini, model yang mempertahankan teori evolusi di pentas dunia ialah neo-Darwinisme. Teori ini mendakwa bahawa jutaan makhluk hidup dalam dunia adalah timbul hasil daripada mutasi, atau pun kecelaruan genetik di dalam organ kompleks hidupan seperti telinga, mata, paru-paru dan kepak sepanjang peredaran masa. Tetapi di sana terdapat fakta saintifik yang menolak teori ini; mutasi tidak memperbaiki hidupan, malah merosakkan mereka.
Sebabnya adalah mudah. DnA mengandungi struktur yang sangat kompleks. Sebarang peluang terjadinya perubahan dalam molekul akan membawa kerosakan. Seorang pakar genetik Amerika B. g. ranganathan menerangkan seperti berikut;
Mutasi adalah kecil, rawak dan merbahaya. ia jarang berlaku dan kemungkinan yang baik ialah ia tidak memberi kesan. Empat ciri mutasi ini menunjukkan bahawa mutasi tidak membawa kepada perkembangan melalui proses evolusi. Perubahan rawak dalam organisma khusus yang tinggi ialah samada tidak berjaya atau sangat merbahaya. Perubahan sembarangan dalam jam tidak membaiki jam itu. ia sangat mungkin membahayakannya atau paling baik tidak memberi apa-apa kesan. gempa bumi tidak memperbaiki bandar, sebaliknya ia membawa kehancuran. 48
Tidak menghairankan bahawa di sana tidak terdapat sebarang contoh yang dapat diperhatikan menunjukkan faedah mutasi. Apa yang jelas kini ialah semua mutasi adalah membahayakan. Akhirnya disedari bahawa mutasi teori evolusi yang dianggap sebagai ‘mekanisme proses evolusi’ sebenarnya adalah sebuah insiden genetik yang hanya merosakkan dan melumpuhkan hidupan. (mutasi yang paling biasa dalam manusia ialah kanser). Sudah tentu mekanisme yang merosakkan tidak mampu menjadi ‘mekanisme evolusi’. Pilihan Semulajadi yang diakui oleh Darwin, ‘tidak dapat melakukan apa-apa dengan sendirinya’. Kebenaran ini menunjukkan kepada kita bahawa di sana tidak wujud apa yang dipanggil ‘mekanisme proses evolusi’ dalam alam. Dan sekiranya mekanisme proses evolusi tidak wujud, maka zaman evolusi yang menjadi khayalan evolusionis juga tidak harus wujud.

Rekod Fosil:
Tiada Tanda Bentuk Peralihan
Rekod fosil adalah bukti yang paling jelas bahawa senario teori evolusi ini tidak pernah berlaku. Menurut teori evolusi, makhluk hidup berkembang dari satu sama lain. Spesis yang wujud lebih awal bertukar menjadi bentuk lain sepanjang peredaran masa dan semua spesis timbul melalui cara ini. Menurut teori ini juga, perubahan ini meliputi waktu jutaan tahun dan digerakkan ke depan secara beransur-ansur.
Sekiranya teori ini benar, maka di sana seharusnya terdapat jutaan ‘spesis peralihan’ yang timbul dan hidup sepanjang waktu perubahan yang didakwa ini.
Sebagai contoh, spesis setengah ikan-setengah reptilia seharusnya wujud di masa lalu dengan memiliki beberapa ciri-ciri reptilia sebagai tambahan kepada ciri-ciri ikan yang sedia ada. Atau, sementara masih memiliki ciri-ciri reptilia, mereka mesti memiliki ciri-ciri burung dan spesis reptilia-burung seharusnya pernah wujud. Hal ini, oleh kerana mereka berada dalam tempoh peralihan, maka seharusnya ada bentuk-bentuk yang lemah, tidak lengkap, dan cacat. Para evolusionis menamakan hidupan sebegini yang mereka percaya hidup ketika dahulu sebagai ‘spesis peralihan’ (transitional form).
Sekiranya spesis peralihan ini benar-benar wujud dahulu, bilangan dan kepelbagaiannya semestinya mencecah angka berjuta-juta. Dan tanda-tanda makhluk yang benar-benar ganjil ini seharusnya ditemui di dalam rekod-rekod fosil. Dalam the Origin of Species Darwin menerangkannya seperti berikut;
Jika teori saya menjadi benar, berjuta-juta spesis peralihan yang menghubungkan secara rapat semua spesis kumpulan yang serupa haruslah wujud secara pasti….. Kesimpulannya, bukti bekas kewujudan mereka hanya boleh ditemui di antara fosil-fosil yang tinggal. 49

Berkecainya Harapan Darwin
Meskipun kajian fosil yang dilakukan bagai hendak gila di dalam pelbagai bidang yang bermula dari pertengahan abad ke-19 sehingga saat ini, namun sebarang fosil spesis peralihan masih gagal untuk ditemui. Semua penemuan yang dilihat dalam kerja carigali dan penyelidikan yang dijalankan setakat ini, jauh menunjukkan dari apa yang dijangkakan oleh para evolusionis. Sebaliknya ia menunjukkan bahawa makhluk hidupan timbul seadanya, cukup sempurna dan amat lengkap.
Seorang paleontologis (pakar fosil) British terkemuka Derek W. Ager mengakui hal ini meskipun seorang evolusionis;
Hal yang timbul sekiranya kita mengkaji rekod fosil secara terperinci, samada peringkat order atau spesis, kita akan menemui –berulang kali- bukanlah proses evolusi beransur-ansur, sebaliknya letupan secara tiba-tiba satu kumpulan sehingga menjejaskan yang lain. 50
Dalam perkataan lain, rekod fosil mendedahkan bahawa setiap spesis makhluk hidupan timbul secara tiba-tiba dan dalam bentuk terakhir mereka tanpa didahului sebarang proses peralihan di antara mereka. Ini adalah tentangan yang tepat kepada pandangan Darwin. Bahkan, ini adalah bukti yang paling kuat bahawa makhluk hidup adalah merupakan hasil ciptaan. Kerana satu-satunya penjelasan mengenai kewujudan hidupan yang bersifat tiba-tiba dan sempurna tanpa sebarang leluhur sebagai titik mula evolusi ialah mereka telah diciptakan. Kebenaran ini diterima oleh seorang evolusionis dan biologis yang terkenal, Douglas Futuyama;
Penciptaan dan evolusi, di antara keduanya adalah penjelasan mutlak yang mungkin mengenai asal usul makhluk hidup. Organisma daratan adalah samada berkembang atau tidak. jika berkembang, maka mereka harus berkembang melalui spesis yang wujud lebih dahulu melalui beberapa proses modifikasi. Sekiranya mereka timbul dalam bentuk yang tiba-tiba maju, mereka seharusnya diciptakan oleh suatu kuasa yang bijaksana. 43
Rekod fosil yang ada menunjukkan bahawa makhluk hidupan timbul dalam dunia secara lengkap dan dalam bentuk yang sempurna. Dalam ayat lain, ‘asal usul spesis’ bukanlah hasil proses evolusi tetapi adalah hakikat Penciptaan.

Mitos Mengenai Evolusi Manusia
Perkara yang kerap dikemukakan oleh penyokong teori evolusi ialah asal usul manusia. Pengikut Darwinisme mendakwa bahawa manusia moden yang hidup hari ini adalah keturunan dari beberapa spesis hidupan seperti beruk. Sewaktu period ini, yang dianggarkan lebih kurang 4-5 juta tahun lalu, mereka mendakwa bahawa di sana wujud ‘bentuk peralihan’ di antara manusia moden dan nenek-moyangya. Berdasarkan kepada senario imaginasi ini secara lengkap, 4 ‘kategori’ asas adalah seperti berikut;
1. Australopithecus
2. Homo habilis
3. Homo erectus
4. Homo sapiens
Para evolusionis menamakan nenek-moyang manusia yang paling awal sebagai ‘Australopithecus’ yang bermaksud beruk selatan. Spesis ini sebenarnya adalah sejenis spesis beruk yang telah pupus. Penyelidikan ekstensif dan teliti yang dilakukan oleh lord Solly Zuckerman dan Professor Charles Oxnard, dua pakar anatomi terkenal dari Britain dan Amerika mengenai Australopithecus telah mendapati bahawa makhluk ini sebenarnya adalah sejenis spesis beruk yang telah pupus dan tidak mempunyai sebarang persamaan dengan manusia. 44
Para evolusionis mengklasifikasikan fasa evolusi manusia berikutnya kepada kelas ‘homo’ atau manusia. Menurut dakwaan ini lagi, hidupan dalam siri ‘homo’ ini lebih maju dari Australopithecus. Evolusionis juga membentangkan tulang fosil makhluk yang berbeza ini sebelah menyebelah dan menyusun satu rajah evolusi melalui imaginasi mereka. Gambarajah yang terhasil ini jelasnya adalah merupakan sebuah imaginasi, kerana menurut fakta yang sebenarnya, tidak terdapat sebarang perkaitan evolusi yang telah dibuktikan di antara kelas-kelas yang berbeza ini. Ernst Mayr, seorang penyokong teori yang terpenting abad-20 mengakui fakta ini dan berkata. ‘rantai yang mencecah sejauh homo sapiens sebenarnya telah hilang. 45
Ketika menggambarkan gambarajah kedudukan Australopithecus > Homo habilis > Homo erectus > Homo sapiens, evolusionis mendakwa bahawa setiap spesis adalah merupakan leluhur kepada spesis berikutnya. Sebaliknya, penemuan terbaru oleh seorang paleontologis menunjukkan bahawa Australopithecus, homo Habilis dan homo Erectus pernah menetap pada masa yang sama di bahagian yang berlainan dalam dunia. 46
Bahkan, dengan menjadi kelas yang masih hidup dari homo Erectus sehingga hari ini: homo sapiens neandertalensis dan homo sapien Sapien (manusia moden) ditemui sekali di kawasan yang sama.47
Ini sudah tentu menunjukkan pembatalan terhadap kelas yang didakwa sebagai leluhur kepada jenis yang berikutnya. Stephen jay gould, seorang dari peleontologis Universiti Harvard, sekalipun merupakan seorang evolusionis, menerangkan dilemma teori Darwin sebagai berikut;
Apa yang akan terjadi kepada susunan kami, jika di sana ada tiga hominid keturunan yang tinggal bersama-sama (Australopithecus Africanus, robust Australopithecines, Homo Habilis), tidak jelas siapa yang timbul dari siapa? Bahkan, tidak ada satu pun dari ketiga-tiganya mempamerkan arah proses evolusi sewaktu kedudukan mereka di dalam dunia. 40
Secara ringkasnya, pelbagai lukisan yang menghiasi media massa atau buku teks sekolah mengenai gambaran makhluk ‘setengah manusia-setengah monyet’, atau dalam ayat lain, sinopsis evolusi manusia yang mereka cuba hidupkan sekadar melalui metode propaganda adalah merupakan suatu mitos tanpa asas saintifik.
Meskipun seorang evolusionis, lord Solly Zuckerman, seorang saintis Britain yang dihormati dan terkemuka yang telah menjalankan kajian ke atas ini selama beberapa tahun dan melakukan 15 tahun kajian terhadap fosil Australopithecus akhirnya sampai kepada kesimpulan bahawa tidak ada satu rumpun keluarga yang nyata, berkembang dari makhluk seperti beruk yang sampai kepada manusia.
Zuckersman juga membuat satu ‘spektrum sains’ yang menarik. Dia menyenaraikan ‘spektrum’ ini dari cabang ilmu pengetahuan yang diterimanya sebagai saintifik sehingga kepada yang tidak diterimanya sebagai saintifik. Di bawah jadual Zuckerman, yang paling saintifik atau dalam perkataan lain, yang berdasarkan kepada keputusan yang konkrit ialah cabang kimia dan fizik. Selepas itu barulah sains biologi dan sains sosial. Di bahagian akhir spektrum ini, bahagian yang dianggap paling tidak saintifik menurut Zuckerman ialah ‘persepsi luarbiasa’ –konsep seperti telepati dan firasat- dan yang terakhir ialah evolusi manusia!! Zuckerman menerangkan kedudukan akhir spektrum ini sebagai berikut;
Kita kemudian bergerak ke kanan gambaran kebenaran yang objektif di dalam bidang sains biologikal yang bersifat andaian seperti, persepsi luarbiasa atau mengenai penafsiran sejarah fosil manusia, di mana bagi evolusionis apa saja mungkin - dan di mana dengan semangat berkobar-kobar tukang percaya (dalam evolusi) kadang-kadang boleh mempercayai beberapa perkara bertentangan pada waktu yang sama.41
Mitos evolusi manusia jelasnya adalah merupakan tafsiran prejudis ke atas beberapa fosil yang ditemui oleh segelintir golongan yang meletakkan kepercayaan membabi-buta terhadap teori yang mereka anuti.

Teknologi dalam Mata dan Telinga
Seperkara lagi yang masih kekal belum terjawab oleh teori evolusi ialah ketinggian kualiti persepsi yang terdapat di dalam organ telinga dan mata.
Sebelum meneruskan subjek mengenai mata, kita secara ringkas akan menjawab soalan tentang ‘bagaimana kita melihat’. Sinaran cahaya yang datang dari objek jatuh ke atas retina mata. Di sini, sinaran cahaya akan ditukar menjadi isyarat elektrik melalui beberapa jenis sel dan akhirnya sampai ke titik kecil di belakang otak yang dipanggil pusat penglihatan. Isyarat elektrik ini dirasakan sebagai sebuah imej di pusat otak setelah melalui berapa siri proses.
Dengan latar belakang teknikal ini, mari kita fikirkan sejenak.
Otak merupakan organ yang kalis dari cahaya. ini bermakna bahagian dalam otak adalah sangat gelap dan cahaya tidak dapat sampai ke bahagian di mana otak terletak. Bahagian yang dipanggil pusat penglihatan merupakan tempat yang sangat gelap di mana cahaya tidak dapat sampai kepadanya. ia mungkin tempat yang paling gelap pernah kamu ketahui. Akan tetapi, kamu melihat suasana terang benderang dan dunia yang berkilau-kilau dari pusat kegelapan ini.
Imej yang terbentuk di dalam mata adalah tajam dan jelas bahkan teknologi abad ke-20 gagal untuk menirunya. Sebagai contoh, lihat pada buku yang kamu baca, kemudian dongakkan kepala dan perhatikan sekeliling. Pernahkah kamu melihat imej seperti ini ketika melihat tempat lain? Walaupun skrin televisyen yang dihasilkan oleh pengeluar televisyen terhebat di dunia juga tetap gagal untuk menandingi imej seumpama ini, iaitu sebuah imej yang bersifat tiga-dimensi, berwarna dan mempunyai ketajaman yang tinggi. Untuk selama lebih seratus tahun, beribu-ribu jurutera berusaha dengan gigh untuk menghasilkan imej dengan ketajaman seperti ini. Kilang-kilang, premis besar telah didirikan, banyak kajian telah dibuat, perancangan dan rekaan dilaksanakan untuk tujuan ini. Sekali lagi, lihat di skrin televisyen dan buku yang berada di tangan. Kamu akan melihat di sana ada perbezaan besar dari sudut ketajaman dan kejelasan. Malahan, skrin televisyen hanya memaparkan imej dua dimensi, sebaliknya melalui mata, kamu melihat perspektif mendalam dengan imej tiga dimensi.
Untuk beberapa tahun, berpuluh ribu jurutera berusaha menghasilkan televisyen tiga dimensi untuk menyamai kualiti penglihatan seperti mata. Memang benar, mereka telah membuat sistem televisyen dengan tiga dimensi tetapi ia tidak mungkin dapat di lihat tanpa meletakkan bongkah kaca; dan lagi ia hanyalah sekadar imej tiga dimensi yang palsu. Latar belakangnya lebih kabur dan latar depannya timbul seperti latar kertas. jauh sekali untuk menghasilkan penglihatan yang tajam dan jelas seperti mata. Dalam kedua-dua kamera dan televisyen di sana terdapat imej berkualiti rendah.
Evolusionis mendakwa bahawa mekanisme yang menghasilkan imej yang tajam dan jelas ini terbentuk secara kebetulan. Sekarang, sekiranya seorang datang memberitahu bahawa televisyen di ruang bilik kamu terhasil secara kebetulan, bahawa seluruh zarah-atomnya secara mendadak berhimpun dan membentuk alat yang menghasilkan imej ini, apa yang akan kamu fikir? Bagaimana hanya sekadar atom mampu melakukan apa yang gagal dihasilkan oleh beribu-ribu manusia?
Sekiranya alat yang menghasilkan imej yang rendah kualitinya berbanding mata tidak terjadi secara kebetulan, maka jelaslah bahawa mata dan imej yang dihasilkan melalui keduanya adalah lebih logik dan rasional tidak terjadi secara kebetulan. Situasi yang sama juga berlaku di telinga. Bahagian telinga luar menerima bunyi dengan aurikel dan membawa bunyi itu ke bahagian telinga tengah; bahagian tengah telinga menukarkan getaran bunyi itu dengan menguatkannya; telinga dalam menghantar getaran ini ke otak dengan menukarkannya menjadi isyarat elektrik. Sepertimana juga mata, tindakan mendengar ini berakhir di pusat pendengaran di otak.
Situasi di mata juga benar untuk telinga. Otak adalah kedap dari sebarang bunyi seperti mana juga kalis dari cahaya; ia tidak membenarkan sebarang suara masuk ke dalamnya. Dengan itu, bagaimana bising di luar sekalipun, bahagian dalam otak adalah dalam keadaan yang amat sunyi. namun, bunyi yang paling nyaring tetap dirasakan di otak. Di dalam otak yang kedap dari sebarang bunyi, kamu mendengar simfoni sebuah orkestra dan mendengar suara riuh-rendah di tempat yang sesak. Akan tetapi, jika kadar bunyi dalam otak diukur melalui alat pengukur yang tepat pada suatu ketika, didapati bahawa keadaan di dalamnya adalah sangat sunyi.
Seperti dalam kes pengimejan, usaha berdekad-dekad juga dirintis untuk mereka dan menghasilkan sistem bunyi yang serupa seperti yang asli. Hasil dari usaha ini, pelbagai alat seperti perakam suara, sistem ketepatan-tinggi dan sistem pengesan suara telah berjaya dihasilkan. Di sebalik semua teknologi ini dan ribuan jurutera dan pakar yang mengorbankan tenaga dan masa dalam usaha ini, sehingga kini tidak terdapat bunyi yang dihasilkan berjaya menandingi kualiti ketajaman dan kejelasan yang sama seperti bunyi yang didengar oleh telinga. Cuba lihat kepada sistem Hi-Fi dengan kualiti yang hebat dihasilkan oleh pelbagai syarikat gergasi dalam industri muzik. Bahkan dalam alat ini, ketika suara dirakamkan, setengah darinya hilang atau mendengar bunyi desisan sebelum lagu bermula. Bagaimanapun, bunyi yang dihasilkan oleh teknologi tubuh manusia adalah lebih tajam dan jelas. Telinga manusia tidak pernah menerima bunyi bersama-sama dengan bunyi desisan atau bunyi seperti gangguan pemancar; telinga menerima bunyi persis dengan bunyi yang asli, tajam dan jelas. Beginilah keadaannya sejak manusia pertama kali diciptakan ke dunia.
Setakat ini, tidak ada alat visual atau perakam yang dihasilkan begitu sensitif dan berjaya merasakan data sensori seperti mana organ telinga dan mata.104 K EAj Ai BAn Al-Q Ur’ An
Bagaimanapun, sejauh mana yang berkaitan dengan penglihatan dan pendengaran, suatu fakta yang lebih hebat terselindung di sebalik semua ini.

Milik Siapakah Kesedaran Melihat dan Mendengar
yang Terdapat Dalam Otak
Apakah entiti sebenarnya yang melihat segala macam godaan dunia dalam otaknya, yang mendengar kepada simfoni, bermain dengan burung dan menghidu bau bunga mawar?
Rangsangan yang datang dari mata, telinga dan hidung manusia bergerak ke otak sebagai impuls saraf elektrokimia. Dalam buku biologi, psikologi dan biokimia, kamu akan menemui banyak keterangan tentang pembentukan imej ini di dalam otak. Bagaimanapun, kamu tidak dapat menjangkau fakta penting mengenai perkara ini; Siapakah sebenarnya yang merasai impuls saraf elektrokimia ini sebagai suatu imej, bunyi, bau dan peristiwa sensori di dalam otak? Di sana terdapat satu sifat yang sedar di dalam otak yang menerima semua ini tanpa merasa sebarang pergantungan kepada mata, telinga dan hidung. Siapakah pemilik kesedaran ini? Tidak diragui lagi bahawa kesedaran ini bukan dimiliki olah saraf-saraf, lapisan lemak atau neuron yang terdapat di dalam otak. ini adalah sebab mengapa penganut Darwinis-materialis yang percaya akan kewujudan mutlak materi gagal untuk menjawab persoalan ini.
Sifat sedar ini ialah roh yang diciptakan oleh Allah. roh tidak memerlukan mata untuk melihat imej juga tidak telinga untuk mendengar bunyian. Bahkan tidak memerlukan otak untuk berfikir.
Mereka yang mengkaji fakta yang tersirat dan saintifik ini pasti akan diliputi rasa takjub akan kebesaran Allah dan sudah pasti akan berlindung denganNya. Dia-lah yang mengeluarkan alam semesta tiga-dimensi, berwarna-warni dan berkilauan di dalam tempat yang gelap-gelita sebesar beberapa kubik sentimeter.

Kepercayaan Materialis
Keterangan yang telah kami persembahkan sejauh ini menunjukkan bahawa teori evolusi adalah sebuah dakwaan yang secara terbuka bertentangan dengan kebenaran fakta saintifik. Dakwaannya yang berhubung dengan asal usul kehidupan yang berselindung di balik wajah sains dan mekanisme evolusi yang dikemukakannya tidak sedikit pun mempunyai impak untuk mencetus proses dan begitu juga dengan rekod-rekod fosil yang merupakan asas penting evolusi pada hakikatnya adalah tidak wujud. Dalam kes ini, teori evolusi tersadai sebagai idea yang bertentangan dengan sains. Sebagai satu kebenaran, banyak idea dan teori yang dilontar masuk, contohnya model evolusi, ke dalam dunia sepanjang sejarah yang telah dibatalkan dari agenda saintifik..
Tetapi teori evolusi ini, melalui perancangan yang teliti dan licik telah berjaya dikekalkan sebagai salah satu agenda saintifik. Setengah orang bahkan cuba menggambarkan kritikan yang ditujukan terhadap teori ini sebagai ‘serangan ke atas sains’, tetapi kenapa?
Puncanya ialah bagi setengah orang, teori evolusi adalah merupakan kepercayaan dogmatik yang mustahak. golongan ini berkeras degil mempertahankan falsafah materialisme dan terpengaruh dengan Darwinisme sebagai satu-satunya penjelasan tentang alam material yang mutlak.
Mereka kadang-kadang secara terbuka mengakuinya. richard lewontin, seorang pakar genetik terkenal dari Universiti Harvard dan pada masa yang sama seorang evolusionis terkemuka mengakui bahawa dia adalah, “pertama materialis, kemudian saintis” dalam perenggan ini;
Bukanlah metode dan institusi sains yang memaksa kita mengakui penjelasan material mengenai fenomena dunia, tetapi sebaliknya, kita didesak oleh kesetiaan tertinggi kita terhadap kuasa material untuk merintis alat-alat pengkajian dan merangka konsep yang membuahkan penerangan bersifat kebendaan, tidak kira betapa sekali pun bertentangan dengan intuisi, tidak kira betapa menghairankan untuk diterima. Dan lagi, materialisme adalah mutlak, maka kita tidak membenarkan kaki Tuhan berdiri di depan pintu. 42
Kenyataan ini adalah jelas bahawa Darwinisme adalah suatu dogma yang dihidupkan demi untuk sokongan kepada falsafah materialisme. Dogma ini menganggap bahawa tidak ada yang wujud melainkan yang bersifat kebendaan. Atas alasan ini, ia percaya bahawa unsur bukan hidupan, iaitu zat tanpa sifat sedar adalah kuasa yang bertanggungjawab mencipta kehidupan. ia mengakui bahawa jutaan spesis hidupan seperti burung-burung, ikan, zirafah, harimau, serangga, pokok, bunga-bunga, ikan paus timbul dari kesan yang sama seperti yang terdapat di dalam benda tidak bernyawa. Atau pun dalam perkataan lain hujan dan petir. ini adalah benar-benar bertentangan dengan akal dan sains. Tetapi golongan darwinis terus mempertahankan kepercayaan ini sebagai usaha untuk ‘tidak membenarkan kaki Tuhan berdiri di depan pintu’.
Mereka yang melihat asal usul hidupan tanpa sebarang prejudis materialisme akan mengakui hakikat kebenaran ini di lubuk hatinya; Setiap yang hidup adalah hasil kerja Pencipta yang maha kuasa, maha mengetahui dan maha bijaksana. Pencipta ini adalah Allah s.w.t yang menciptakan seluruh alam semesta daripada tiada, yang menghias di dalamnya dengan cara yang paling sempurna, yang mencipta dan memberikan bentuk kepada semua makhluk hidupan.

“Mereka menjawab “Maha suci Engkau!. Kami tidak mempunyai pengetahuan selain dari apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau maha mengetahui, lagi Maha Bijaksana.” (Surah Al-Baqarah: 32)

Mereka menjawab “Maha suci Engkau!. Kami tidak mempunyai pengetahuan selain dari apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau maha mengetahui, lagi maha bijaksana.” Qur’an, 2:32.